TRIBUNNEWSWIKI.COM - Melalui Menteri Kesehatan, Turki mengumumkan rencana program vaksinasi pada Desember ini untuk menahan lonjakan infeksi dan kematian akibat Covid-19.
Fahrettin Koca, Menteri Kesehatan Turki, sebelumnya telah mengumumkan kesepakatan dengan perusahaan biofarmasi dari China, yaitu Sinovac untuk membeli 50 juta dosis CoronaVac.
Pengiriman pertama akan tiba setelah 11 Desember.
Koca menyatakan bahwa izin penggunaan vaksin akan diberikan setelah laboratorium Turki mengonfirmasi keamanan vaksin.
"Jika perkembangan terus berlanjut secara positif seperti yang diharapkan, Turki akan menjadi salah satu negara pertama di dunia yang memulai vaksinasi fase awal," kata Koca, dikutip dari Associated Press, Kamis (3/12/2020).
Baca: Berencana Lakukan Diet? Tunggu! Jangan Lakukan 5 Tips yang Dinilai Menyesatkan Ini
Lonjakan Kasus Covid-19 di Turki
Seperti diketahui, angka kematian akibat virus corona di Turki dilaporkan terus meningkat.
Sebuah rekor baru, 185 orang meninggal dunia dalam 24 jam.
Laporan Departemen Kesehatan setempat juga menyebut ada 29.281 orang yang terjangkit virus corona dalam sehari, Minggu (29/11/2020).
Mengantisipasi lonjakan kasus, pemerintah Turki masih memberlakukan kebijakan jam malam selama akhir pekan.
Sebelumnya, lonjakan tajam angka virus corona di Turki terjadi sejak Rabu (26/11/2020).
Baca: Angka Infeksi Menurun, Otoritas Yunani Umumkan 1.193 Kasus Baru Virus Corona
Tercatat 28.352 orang positif corona dalam sehari berdasarkan laporan Menteri Kesehatan Fahrettin Koca.
Menurutnya, data tersebut mewakili "semua orang yang hasil tes PCR-nya positif apakah mereka menunjukkan gejala atau tidak."
Koca juga mengumumkan 168 orang meninggal akibat corona dalam 24 jam.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan vaksin yang dikembangkan Turki untuk melawan COVID-19 dapat siap digunakan pada bulan April.
Baca: Longgarkan Pembatasan Bisnis, PM Pakistan: Pemerintah Tak Mau Orang Mati Kelaparan saat Pandemi
Vaksin ERUCOV-VAC, sedang dikembangkan oleh Universitas Erciyes, di provinsi Kayseri, Turki tengah, dan saat ini sedang menjalani pengujian tahap pertama.
Baca: Punya Dampak Buruk Bagi Kesehatan, Inilah 5 Sisi Positif Merokok yang Jarang Diketahui
Kabar Corona di Tetangga Turki
Tak hanya Turki, kabar virus corona juga dilaporkan di negara Yunani.
Otoritas Yunani mengumumkan ada 1.193 kasus virus corona baru, Minggu (29/11/2020).
Adapun 98 kematian akibat virus corona ikut dikonfirmasi dalam sehari terakhir.
Sebagian besar kasus baru ada di Kota Kota Thessaloniki, yang berada di utara Yunani.
Namun, ini merupakan angka harian terendah dibandingkan sebelumnya.
Seperti diketahui, Yunani memiliki total kasus sebanyak 104.227 dengan angka kematian 2.321 sejak awal pandemi.
Baca: Menteri Pertahanan Austria Positif Covid-19, Pernah Bertemu Prabowo Subianto Bahas Pesawat Tempur
Baca: Angka Corona Turun, Republik Ceko Longgarkan Pembatasan: Restoran hingga Kebun Binatang Buka Kembali
Meskipun mengalami penurunan, sistem kesehatan di rumah sakit hampir memenuhi kapasitasnya.
Sejauh ini, ada 603 pasien yang menggunakan ventilator, menurut pihak berwenang.
Virus Corona di Italia
Sebagai tetangga Yunani, angka kematian pasien virus corona di Italia juga dilaporkan menurun pada hari kedua berturut-turut.
Laporan statistik Departemen Kesehatan Italia Minggu (29/11) menyebut angka kematian menurun menjadi 541 sejak Sabtu (28/11).
Angka ini lebih kecil dibanding sebelumnya yakni 686 di hari kemarin, dan 827 pada hari kemarin lusa.
Sejak pandemi dimulai, Italia mencataT total 54.904 kematian.
Sementara itu, jumlah kasus baru harian juga dilaporkan turun drastis menjadi 20.648 pada Minggu (29/11).
Baca: Sandiaga Uno Cocok Jadi Menteri KKP, Disebut Tak Mungkin Korupsi karena Sudah Terlanjur Kaya
Baca: Tuding Pemerintah Prancis Tebang Pilih, Pemimpin Umat Agama Kritik Aturan Pembatasan Tempat Ibadah
Angka ini lebih kecil dibanding pada hari Sabtu yakni 26.322 kasus.
Namun demikian, ini terjadi di tengah sedikitnya tes usap yang dilakukan sejak hari sebelumnya.
Dengan demikian, total angka kasus virus corona di Italia naik menjadi 1,585,178 kasus.
Para dokter dan pakar kesehatan mendesak pemerintah Italia untuk tetap mempertahankan aturan pembatasan sosial menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Mereka khawatir kerumunan pelancong akan memadati lokasi dan memicu lonjakan penularan virus.
Baca: Dokter Pribadi Bantah Bertanggung Jawab Atas Kematian Maradona: Mereka Mencari Kambing Hitam
Jelang Perayaan Natal di Italia
Jelang memasuki periode libur Natal dan Tahun Baru, otoritas kesehatan Italia berencana akan membatalkan acara tradisional makan malam keluarga.
Kumpul keluarga dalam malam perayaan Natal dinilai menjadi satu hal yang berisiko mengingat masih tingginya angka corona di Italia.
Seperti diketahui, dalam perayaan Natal di Italia, keluarga yang terpisah daerah akan datang dan seringkali berkumpul dalam satu tempat.
"Makan malam Natal khas Italia adalah seseuatu yang harus kami batalkan tahun ini," kata Dr. Franco Locatelli.
Dalam sebuah pengarahan, seorang otoritas kesehatan menyebut pemerintah Italia belum terpikirkan untuk melonggarkan pembatasan selama Natal.
Baca: Gelar Unjuk Rasa Anti-Lockdown dan Anti-Masker di Inggris, Massa: Berhenti Kendalikan Kami
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Pembantaian Zong, Ratusan Budak Afrika Ditenggelamkan demi Klaim Asuransi
Ditegaskan juga bahwa wahana ski, tempat yang biasa dijadikan liburan akan terus ditutup.
Langkah ini muncul seiring dengan stabilnya kasus virus corona di Italia, yang masih berkisar puluhan ribu sehari.
Italia, sebuah negara yang sempat menjadi episentrum pandemi di Eropa sejak musim semi mengalami peningkatan tajam pada musim gugur ini.
Kematian akibat Covid-19 menjadi 54.363 jiwa, menjadi tertinggi kedua di Eropa setelah Inggris.
Angka infeksi harian terbaru di Italia adalah 26.323 kasus dengan 686 kematian.
Baca: Tunjuk Menteri Kesehatan Baru, Pemerintah Inggris Beli 40 Juta Dosis Pfizer dan 11 Juta AstraZeneca
Baca: Sinopsis Dark Tide, Kisah Pengalaman Berenang Dengan Hiu, Tayang Dini Hari Nanti di TransTV
Pemerintah setempat menyebut bahwa gelombang kedua virus corona hampir tidak dapat dikendalikan.
Sepuluh daerah masih dinyatakan berisiko tinggi dan mengimbau masyarakat agar menaati protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)