Studi Ungkap Pria Botak Berisiko Lebih Tinggi Terkena Covid-19, Begini Penjelasannya

Pria botak disebut berisiko lebih tinggi menderita atau terinfeksi Covid-19 yang parah


zoom-inlihat foto
pria-botak.jpg
Pixabay.com
ILUSTRASI - Pria botak disebut berisiko lebih tinggi terkena Covid-19


TRIBUNNEWSWIKI.COM – Sebuah studi terbaru mendapati pria botak lebih berisiko lebih tinggi terkena Covid-19.

Penelitian awal yang dilakukan Brown University menemukan bahwa hormon androgen, hormon yang menyebabkan kerontokan pada rambut pria, terkait dengan kasus Covid-19 yang parah.

Peneliti menyebut penemuan mereka sebagai 'Gabrin Sign' atau 'Tanda Gabrin'.

Gabrin Sign merupakan sebutan faktor risiko ini lantaran dokter Amerika Serikat yang pertama meninggal karena Covid-19 memiliki kepala yang botak bernama Frank Gabrin.

Melansir dari Telegraph, (4/6/2020), sebuah riset yang dilakukan oleh Profesor Carlos Wambier dari Brown University, AS mengungkapkan bahwa pihaknya benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor sempurna dalam menunjukkan tingkat keparahan Covid-19.

Wambier mengambil data sejak awal wabah yang terjadi di Wuhan, China pada Januari 2020.

Baca: Ibu Menyusui Positif Covid-19, Mungkinkah Bisa Tularkan Virus Corona pada Bayi? Simak Penjelasannya

Baca: Studi Terbaru Sebut Mutasi Sebabkan Virus Corona Lebih Mudah Menginfeksi Manusia

Data tersebut menunjukkan bahwa pria lebih mungkin meninggal setelah terinfeksi virus corona.

Sebuah laporan dari Public Health England menemukan, laki-laki dengan usia kerja berpotensi dua kali lebih mungkin untuk mati setelah didiagnosis Covid-19 pada Juni 2020.

Perubahan gaya hidup

Sampai saat ini, para ilmuwan belum mengetahui mengapa hal ini terjadi.

Namun, mereka menunjuk pada faktor-faktor seperti gaya hidup, merokok, dan perbedaan sistem imunitas di antara kedua jenis kelamin.

Tetapi, semakin mereka percaya pada faktor-faktor tersebut bisa terjadi karena androgen (hormon seks pria seperti testosteron) mungkin berperan tidak hanya dalam kerontokan rambut, melainkan dalam meningkatkan kemampuan virus corona untuk menyerang sel.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa perawatan yang menekan hormon-hormon ini, seperti yang digunakan untuk kebotakan serta penyakit seperti kanker prostat, dapat digunakan untuk memperlambat virus, dan memberi pasien waktu untuk melawannya.

"Kami pikir androgen atau hormon pria jelas merupakan pintu gerbang bagi virus untuk memasuki sel kita," ujar Profesor Wambier.

Baca: Vaksin Covid-19 di AS Diperkirakan Dibanderol Rp580 Ribu, Akan Menjadi Patokan Harga Global

Baca: Dua Penelitian tentang Virus Corona Ditarik Kembali setelah Muncul Banyak Pertanyaan terkait Data

Obat kanker prostat

Di sisi lain, seorang ahli onkologi di UC Los Angeles, Matthew Rettig melakukan percobaan terhadap 200 veteran di Los Angeles, Seattle, dan New York menggunakan obat kanker prostat.

Percobaan mengikuti dua studi kecil di Spanyol yang dipimpin oleh Profesor Wambier.

Studi tersebut mengungkapkan, muncul pola ketidakproposionalan jumlah pria dengan pola kebotakan yang tengah dirawat di rumah sakit dengan Covid-19.

Dalam sebuah penelitian, 79 persen pria yang menderita Covid-19 di tiga rumah sakit di Madrid merupakan pria botak.

Penelitian terhadap 122 pasien, yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology menemukan 71 persen pasien tersebut botak.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

  • Film - What's Up with

    What's Up with Secretary Kim? adalah sebuah film
© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved