Onim mengatakan, kelangkaan pasokan bahan makanan, air, dan obat-obatan itu disebabkan oleh aksi Israel yang memblokade masuknya bantuan dari luar.
Dia menyebut kondisi di Jalur Gaza seperti “kota mati, tidak ada pergerakan.
"Reruntuhan rumah dan bangunan menutupi jalan raya membuat evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan semakin sulit,” kata Onim.
“Kami tidak bisa ke mana-mana karena di luar seperti hujan bom,” ujar Onim.
Setidaknya 200.000 orang sudah mengungsi karena takut nyawa mereka terancam atau karena sudah kehilangan tempat tinggal akibat serangan udara Israel.
Mayoritas mengungsi sementara di bangunan sekolah-sekolah yang didirikan PBB.
Dari informasi PBB, lebih dari 75 persen populasi Gaza - sekitar 1,7 juta orang - terdaftar sebagai pengungsi.
Lebih dari 500.000 di antaranya tinggal di delapan kamp penuh yang terletak di seluruh Jalur Gaza.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)