“Kami sudah dikontak KBRI Amman, KBRI Kairo, dan Kemlu untuk segera evakuasi. Kami juga belum bisa mengevakuasi diri karena pintu perbatasan di Jalur Gaza masih ditutup,” kata Fikri.
Israel sudah menutup penyeberangan Erez di bagian utara Jalur Gaza tanpa batas waktu.
Lalu, Penyeberangan Rafah, yang merupakan pintu keluar utama dari Gaza ke Mesir sudah ditutup sejak Selasa (10/10) setelah pemboman Israel.
WNI lain yang juga menjadi relawan, Abdillah Onim, juga masih belum bisa keluar dari Jalur Gaza.
“Saya dan keluarga memilih keluar dari Gaza menuju Mesir untuk menyelamatkan diri. Tapi sampai saat ini masih tertahan di dalam rumah,” kata Onim yang memiliki istri warga Palestina dan telah tinggal sekitar 13 tahun di Jalur Gaza.
Onim menyebutkan, dia kini tengah menunggu koordinasi lanjutan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan juga Kemlu RI terkait rencana evakuasi itu.
“Tapi kendalanya sampai saat ini kantor ICRC belum beroperasi sampai saat ini. Lalu situasi di luar sana belum memungkinkan bagi kami untuk melakukan perjalanan. Bom sana sini, akses jalan raya hancur total,” kata aktivis kemanusiaan dari Nusantara Palestina Center itu.
“Dan pihak Israel melontarkan rudal ke kantor imigrasi perbatasan antara Gaza dan Mesir, namanya pintu Rafah, dan kini tidak beroperasi. Jadi sampai saat ini masih menunggu, semoga kami dilindungi,” kata Onim.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengatakan hingga kini pemerintah belum mengevakuasi WNI di Jalur Gaza karena situasi belum aman.
"(Kapan akan mulai menyelamatkan WNI dari Gaza) nggak tahu. Begitu situasi dinilai aman. Yang menilai aman bukan hanya kami, tapi komunikasi kami dengan banyak pihak. Kami akan menggerakkan," kata Retno di Bali, Rabu (11/10).
Namun begitu, Retno menegaskan bahwa pemerintah sudah menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk penyelamatan para WNI di Gaza.
Yakni berkomunikasi dengan Presiden Palang Merah Internasional, rencana penyelamatan, hingga daftar nama para WNI.
"Jadi, data sudah ada dan rencana penyelamatannya sudah ada. Masalahnya, situasinya masih belum memungkinkan untuk dilakukan pergerakan," kata Retno.
Bagaimana kondisi WNI di Jalur Gaza, enam hari sejak konflik?
Fikri dari MER-C menjelaskan, hampir 80 persen pasokan listrik di Jalur Gaza telah padam.
Pasokan makanan dan bahan kebutuhan dasar lain semakin menipis.
“Para WNI di Jalur Gaza mengalami kesulitan pasokan pangan dan air yang sudah sedikit dan juga tentunya kesulitan berkomunikasi karena jaringan internet hampir semua terputus, dan hanya bisa mengandalkan kartu lokal yang berkecepatan 2G,” kata Fikri.
Sekitar 80 persen populasi di Gaza menggantungkan kebutuhan pokok dari bantuan internasional.
Adapun untuk pasokan listrik, hampir dua pertiganya berasal dari Israel, dan sisanya berasal dari Pembangkit Listrik Gaza (GPP).
Hanya saja, pasokan gabungan listrik tersebut hanya memenuhi kurang dari setengah permintaan.