Pihak berwenang mulai mengejarnya sejak 2016 dan berhasil ditangkap.
Tahun 2017, ia dijebloskan ke kamp sebelum akhirnya dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara -satu untuk setiap anak, kata pihak berwenang kepada kerabatnya.
"Sepupu saya menghabiskan seluruh waktunya mengurus keluarga, ia tak pernah bergabung dalam gerakan politik apa pun," kata Zuhra Sultan, sepupu Umar kepada AP di tempat pengasingannya di Turki.
"Bisa-bisanya kamu dihukum tujuh tahun hanya karena punya banyak anak, kita sudah hidup di abad ke-21, ini benar-benar tak bisa dibayangkan," katanya.
Baca: Pengakuan Gulnar Omirzakh, Warga Muslim Uighur Korban Pemaksaan Aborsi Otoritas China
Setidaknya enam belas orang etnis Uighur dan Kazakhstan mengutarakan kesaksiannya kepada AP, bahwa orang-orang dipenjara akibat punya banyak anak.
Banyak yang dipenjara bertahun-tahun bahkan puluhan tahun di penjara, menurut sejumlah warga Uighur.
Data eksklusif yang diperolah AP menunjukkan dari 484 tahanan di Karakax, Xinjiang, 149 narapidana dijebloskan ke penjara karena memiliki banyak anak, sebuah alasan umum untuk menahan mereka.
Dipaksa Pasang IUD
Berbeda dari kisah Umar, seorang warga Uighur keturunan China-Kazakhstan menceritakan pengalamannya bagaimana otoritas China di Xinjiang memaksanya untuk menggunakan alat kontrasepsi beserta ancaman kurungan jika menolak.
Gulnar Omirzakh mengaku disuruh pejabat setempat memasang alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), seperti dilasir dari Investigasi Associated Press yang dirilis Selasa (30/6/2020).
Omirzakh merupakan perempuan dari keluarga tak mampu yang merupakan istri dari seorang pedagang sayur.
Pada 2018, ia mengaku pernah didatangi empat orang pejabat yang mengenakan seragam militer.
Keempat pria ini mengetuk pintu rumahnya dan menjatuhkan denda $2685 atau sekitar 38,9 juta rupiah (kurs 2018).
Denda ini dijatuhkan lantaran ia memiliki lebih dari dua anak.
Baca: Bencana Banjir Hantam Provinsi Sichuan, China, 12 Orang Tewas, 10 Hilang
Baca: Aliansi Antar-Parlemen untuk China (IPAC) Minta PBB Selidiki Kasus Kejahatan terhadap Etnis Uighur
Jika tidak membayar, mereka mengancam akan mengurungnya dan akan bergabung dengan suami serta jutaan etnis minoritas lainnya yang dikurung di kamp-kamp pengasingan.
"Tuhan mewariskan anak-anak kepadamu. Mencegah orang memiliki anak adalah salah," kata Omirzakh, sambil menangis mengingat kejadian yang ia alami di masa lalu.
"Mereka ingin menghancurkan kita sebagai manusia," tambahnya.
Omirzakh merupakan satu di antara warga Muslim pedesaan yang 'cukup beruntung'.
Dirinya mengaku beruntung bisa membayar denda tersebut, .
Setelah ancaman kurungan penjara datang padanya, ia menelepon sejumlah kerabatnya.
Beberapa jam sebelum batas waktu yang ditentukan, ia telah mengumpulkan cukup banyak uang dari hasil penjualan sapi saudara perempuannya.