TRIBUNNEWSWIKI.COM - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berencana mendatangi Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/8/2019).
Namun, rencana Wali Kota Risma ini batal dilakukan lantaran adanya penolakan dari mahasiswa Papua yang menempati asrama tersebut.
Mahasiswa di asrama tersebut disebut-sebut belum mau menerima siapa pun tamu, termasuk Wali Kota Risma, yang akan berkunjung ke sana.
Baca: VINA GARUT LAGI - Pelaku Masih Simpan Puluhan Video Vina Garut: Sakit Keras, Rayya Belum Ditahan
Baca: Ramalan Cinta Zodiak Hari Ini Rabu 21 Agustus 2019: Aries Sangat Romantis, Asmara Pisces Mulus
"Iya, kebetulan saya dilarang (oleh staf Wali Kota), mereka masih mau bicara dulu sebelum aku ke sana," kata Risma di rumah dinas wali kota, Surabaya, Selasa.
Meski demikian, pihaknya akan terus berupaya untuk bisa menemui mahasiswa asal Papua tersebut agar bisa mengurai dan mencari solusi atas masalah yang terjadi.
"Saya berusaha mendekat tapi mereka enggak mau, gitu ya. Mungkin nanti melalui Pak Lenis (Kogoya) ya," ujar Risma.
Kepala Humas Pemerintah Kota Surabaya Muhammad Fikser mengatakan, Pemkot Surabaya akan melakukan pendekatan persuasif agar mahasiswa Papua yang menempati asrama di Jalan Kalasan bisa menerima kedatangan Risma.
"Kami akan terus upayakan untuk bisa mediasi dengan mereka (mahasiswa Papua)," tutur Fikser.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden dan Ketua Lembaga Masyarakat Adat Tanah Papua Lenis Kogoya menyampaikan, Selasa malam, mahasiswa Papua di Jalan Kalasan menemuinya di salah satu hotel di Surabaya.
"Jadi bukannya mama (Risma) ditolak, bukan. Mereka itu (mahasiswa Papua) menunggu bagaimana makan papeda bersama," tutur Lenis.
Setelah bertemu dengan perwakilan mahasiswa Papua, pihaknya akan mengatur jadwal agar Risma bisa bertemu langsung dengan mahasiswa Papua yang tinggal di asrama tersebut. "Kami akan atur jadwal yang baik, setelah atur jadwal itu baru kita akan koordinasi dengan mama wali kota (Risma) dan mama gubernur (Khofifah), mungkin itu yang kita lakukan," kata Lenis.
Ormas Minta Maaf
Salah satu organisasi massa (ormas) di Surabaya yang menuding mahasiswa asal Papua merusak bendera merah putih meminta maaf.
Sebab, kedatangan mereka ke Asrama Mahasiswa Papua, Sabtu (17/8/2019) telah membuat aparat membawa mahasiswa Papua ke kantor polisi dan sempat terlontar kata-kata berbau rasis.
Hal inilah yang menjadi pemicu kerusuhan di Papua, Senin (19/8/2019).
Salah satu anggota ormas, Tri Susanti mengatakan, pihaknya tak berniat mengusik warga Papua yang berada di Surabaya.
“Kami atas nama masyarakat Surabaya dan rekan-rekan ormas menyampaikan permohonan maaf,” ujar Tri sebagaimana dikutip dari Kompas Petang di KompasTV, Selasa (20/8/2019).
Baca: VIRAL Sempat Dikira Kapolsek Ende Ngamuk Tampar Anggota Polri-TNI: Ternyata Ini Fakta Sebenarnya
Baca: Gubernur Lukas Enembe Minta Masalah Papua Tidak Disederhanakan
Kericuhan yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua, Surabaya, berawal dari informasi adanya perusakan bendera merah putih.
Sejumlah anggota ormas pun mendatangi asrama mahasiswa Papua dan menuding mereka yang melakukan hal tersebut.
Tri mengatakan, ormas tidak terima jika bendera merah putih dilecehkan.
“Kami hanya ingin bahwa Papua ini Indonesia. Kami hanya mau bendera merah putih,” kata Tri.
“Jadi tujuan utama kami untuk merah putih dan berdampak seperti itu,” lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tri Susanti, Wakil Ormas, Minta Maaf karena Terpancing Kabar Mahasiswa Papua Rusak Merah Putih", https://www.kompas.com/tren/read/2019/08/20/210612065/tri-susanti-wakil-ormas-minta-maaf-karena-terpancing-kabar-mahasiswa-papua?page=all.
Tri mengatakan, ada pihak yang sengaja membesar-besarkan hal tersebut sehingga banyak pihak yang terprovokasi.
Sementara itu, dalam sambungan telepon dengan Kompas TV, Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, kepolisian dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah bertemu dengan sejumlah anggota ormas.
Pihaknya pun mengimbau semua pihak bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban di Jawa Timur.
Kepada ormas tersebut, kepolisian menekankan untuk tidak menelan informasi mentah-mentah.
“Tentu harus dikroscek, sumber jelas, lalu baru ditanyakan ke sumbernya. Maka jangan termakan hoaks yang mempengaruhi opini publik yang menyebabkan gesekan terjadi,” kata Frans.
Frans memastikan, kepolisian akan melakukan penindakan hukum terhadap pihak-pihak yang memprovokasi.
Untuk itu, Polda Jawa Timur akan bekerja sama dengan berbagai pihak, dari unsur pemerintah hingga ormas untuk mewujudkannya.
Baca: Kota Sorong
Baca: Provinsi Papua
Baca: Manokwari
“Tanpa dukungan seluruh masyarakat Jawa Timur, apa yang kita inginkan tidak tercapai. Maka kami juga minta ormas saling menjaga,” kata Frans.
Pihaknya pun mengimbau semua pihak bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban di Jawa Timur.
Kepada ormas tersebut, kepolisian menekankan untuk tidak menelan informasi mentah-mentah.
“Tentu harus dikroscek, sumber jelas, lalu baru ditanyakan ke sumbernya. Maka jangan termakan hoaks yang mempengaruhi opini publik yang menyebabkan gesekan terjadi,” kata Frans.
Frans memastikan, kepolisian akan melakukan penindakan hukum terhadap pihak-pihak yang memprovokasi.
Untuk itu, Polda Jawa Timur akan bekerja sama dengan berbagai pihak, dari unsur pemerintah hingga ormas untuk mewujudkannya.
“Tanpa dukungan seluruh masyarakat Jawa Timur, apa yang kita inginkan tidak tercapai. Maka kami juga minta ormas saling menjaga,” kata Frans.(*)