"Semua vaksin Covid-19 saat ini belum ada data efikasi dalam mencegah penularan," jelas dia.
Oleh karena itu, baik masyarakat yang sudah divaksin maupun belum, masih harus menerapkan protokol kesehatan 5M.
Selain itu, pemerintah juga wajib terus meningkatkan upaya testing, tracing, dan treatment.
"Vaksin ini hanya salah satu strategi pengendalian pandemi. Kalau dia proporsinya salah, malah berbahaya, pandemi makin tak terkendali," kata dia.
"Jangan dilupakan bahwa PR masih banyak, dari intervensi maupun meyakinkan penerima vaksin ini, bahwa ada manfaat yang bisa diterima, termasuk counter isu-isu terkait vaksinasi," sambungnya.
Sebelumnya, Dicky menegaskan bahwa vaksinasi Covid-19 dengan menggunakan Sinovac aman dan memiliki efikasi yang memadai.
Dari aspek keamanan, vaksin Sinovac juga tidak menimbulkan sesuatu yang mengkhawatirkan.
Hal ini didasarkan atas uji coba yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Baca: Survei Ungkap 41 Persen Orang Indonesia Tak Mau Divaksin Covid-19, Takut hingga Merasa Tak Butuh
Baca: Jika Caranya Tak Tepat, Vaksinasi Bakal Picu Klaster Covid-19, Ini Penjelasan Epidemiolog
Sementara itu, diberitakan Kompas.com (14/1/2021), uji klinis yang dilakukan di Brasil menemukan vaksin virus corona yang dikembangkan Sinovac, sebesar 50,4 persen efektif.
Hal tersebut menunjukkan, vaksin secara signifikan kurang efektif dibandingkan data sebelumnya yang disarankan untuk persetujuan peraturan.
Melansir BBC, 14 Januari 2021, vaksin Sinovac merupakan salah satu dari dua vaksin yang disiapkan pemerintah Brasil.
Sinovac, perusahaan biofarmasi yang berbasis di Beijing, membuat vaksin menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus, tanpa risiko respons penyakit yang serius.
Vaksin Sinovac telah dipesan beberapa negara seperti Indonesia, Turki, dan Singapura.
Artikle ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sebelum Divakin Covid-19 Harus Tidur Cukup, Ini Alasannya