Pandemi Covid-19 membuat banyak lini usaha terguncang.
Termasuk bisnis cupang Partner Beta yang dimiliki Panut.
“Menukik tajam. Sempat kosong itu, tapi kita coba tetap cari cara," katanya.
Panut mengatakan sebelum pandemi memang sedikit mengalami kendala terkait hargajasa pengiriman yang melonjak.
Persoalan itu selesai Februari, namun Maret pandemi bergolak.
“Jadinya saya fokus ke Jambi saja dulu karena risikonya besar kalau mau kirim keluar,” katanya.
Risiko ini terkait pengiriman dan mempengaruhi kualitas ikannya juga saat dikirim.
Dia harus terus bergerak sebab cupang yang dimilikinya perlahan mulai besar dan harus dijual atau breeding.
Namun pada pertengahan tahun tiba-tiba ikan cupang kembali booming.
“Tiba-tiba meledak. Bahkan artis pun main cupang,” kata Panut sedikit tertawa.
Sebab dia merasa itu kejutan sekali. Omzetnya kembali seperti semula. Hingga kini dia terus memperluas pasar.
Dia sendiri punya beberapa saran jika ingin memulai bisnis ikan cupang.
Panut mengatakan harus punya ketelatenan dan kesabaran lebih untuk bisnis cupang.
Sebab kita harus tahu bagaimana kesehatan dan cara perawatannya dan celah bisnisnya. Dia sendiri akan terus berbisnis cupang karena sudah menjalani enam tahun dan mendapatkan hasilnya.
Panut pernah menjual seekor cupang seharga Rp 9 juta.
Harga tertinggi untuk satu ekor yang pernah Panut jual. Menurutnya banyak faktor yang membuat cupang itu menjadi mahal.
"Pertama warnanya lagi booming. Otomatis jarang yang punya. Jadi kesempatan juga,” katanya.
Pembeli seharga Rp 9 juta itu dari area Jakarta.
Sedangkan di Jambi sendiri paling mahal Panut pernah menjual seharga Rp 2,5 juta pada tahun 2019.