Kisah Sukses Pria Jambi Jualan Ikan Cupang, Pelanggan dari Luar Negeri, Omzet Rp 50 Juta Per Bulan

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panut saat pameran ikan di Mall WTC Jambi dari tanggal 13 Desember hingga 4 Januari 2021 lalu. Enam tahun menggeluti bisnis ikan cupang membuat perubahan dalam hidupnya.

Sementara melakukan ternak cupang, Panut mencoba peruntungan berjualan di Facebook.

Sambil berjalan itu upgrade terus dari kualitas sampai penjualan hingga akhirnya masuk ke pasar online.

Dia belajar secara otodidak terkait pemeliharaan cupang dan dari sisi bisnisnya.

“Ada ngebantu juga dari Google, dari internet. Karena rasa penasaran yang kuat. Tapi sekadar teori. Kalau praktik kebanyakan dari pengalaman dan terkadang teori dari orang lain tidak cocok jadi coba cara sendiri. Kalau ada cocok dipakai,” katanya saat bertemu dengan Kompas.com pada Jumat (8/1/2021).

Baca: Viral Pria di Madiun Tukarkan Emas Batangan dengan 4 Ekor Ikan Cupang Lantaran Tak Ada Uang Tunai

Pembeli dari luar negeri

Lantas, pertengahan 2015 jadi titik balik Panut untuk berjualan ikan cupang secara online.

“Pembeli pertama dari Singapura. Jenis ikan fancy crowntail seharga 35 dollar Singapura waktu itu dollar Singapura sekitar Rp 9.500 per 1 dollar,” katanya.

Ikan itu diantar menggunakan jasa transhipper.

Jasa khusus yang mengantar dan memelihara ikan sepanjang perjalanan.

Namun, Panut menggunakan jasa ini khusus ke luar negeri.

“Jadi kita bayar biaya handling-nya sampai ke tangan pembelinya,” kata Panut. “Biaya pengirimannya waktu itu kurang lebih Rp 100.000,” katanya.

Sejak saat itu Panut sibuk menjual cupang lewat dunia maya, yaitu melalui Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

“Sempat pakai website dulu. Cuma tidak untuk jual beli. Jadi cuma sampai 2018. Sampai sekarang fokus di tiga medsos tadi,” katanya.

Baca: Selain Cupang, Ini 7 Jenis Ikan Hias Populer yang Bisa Kamu Pelihara

Raih rata-rata Rp 50 juta per bulan

Pada tahun 2018 Panut baru merasakan keuangan dari usahanya yang stabil. Dia mengatakan, karena ini bisnis hobi, jadi tentu saja ada naik turun terkait omzet. Namun, rata-rata omzetnya sejak saat itu tak kurang dari Rp 50 juta.

Selama enam tahun Panut menjalankan bisnis ini tidak pernah vakum.

Hingga kini dia mempunyai beberapa reseller.

“Kalau yang di luar negeri ada di Malaysia. Kalau di dalam negeri ada di sekitar Jabodetabek,” katanya.

“Jadi kita setiap bulan kayak harus menuhin stok dia, jadi kita tinggal cetak-cetak, tapi tetap nyari reseller lainnya juga,” ungkapnya.

Awal pandemi bisnis ikan cupang sempat merosot tajam

Halaman
1234


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer