TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menurut Felix K. Chang, rekan senior di lembaga penelitian Foreign Policy Research Institute, mengatakan siapa pun pemimpin Indonesia pasti akan mengatakan tidak ada ketegangan antara Tanah Air dan China.
Akan tetapi kenyataan di lapangan tidak begitu sederhana.
Indonesia dan China seakan tak punya masalah di darat.
Tapi untuk wilayah lautnya Indonesia dan China memiliki satu masalah besar, sebagaimana diberitakan Intisari Online, Minggu (21/2/2021).
Hal itu diprediksi bisa memicu konfrontasi di kemudian hari, baik cepat atau lambat.
Hal ini jelas diungkapkan pada Desember 2019 ketika kapal penjaga pantai China mengantar beberapa kapal penangkap ikan China ke perairan Pulau Natuna, Indonesia.
Mereka melakukan itu karena perairan Natuna dianggapnya masih bagian dari klaim wilayah laut dari 'sembilan garis putus-putus' yang membuat China mengklaim hampir sebagian wilayah Laut China Selatan, salah satunya Laut Natuna.
Baca: Meski Bukan Menteri, Para Nelayan Tetap Mengadu ke Susi Saat Ada Kapal Cantrang di Natuna
Baca: Tensi AS dan China Meningkat di Laut China Selatan, TNI Menyiagakan 4 KRI di Natuna untuk Antisipasi
Insiden yang terjadi pada Januari lalu mengikuti pola perilaku kapal China di perairan maritim yang dipermasalahkan China dengan Malaysia, Filipina dan Vietnam.
Sadar akan pola itu, Jakarta memanggil dubes China dan mengisukan protes diplomasi formal.
Sementara itu, militer Indonesia mengirimkan 10 kapal angkatan laut dan 4 jet tempur F-16 ke Pulau Natuna.
Presiden Jokowi bahkan terbang ke pulau itu untuk menyurvei situasi yang terjadi.
Pada minggu pertama tahun 2020, kapal pasukan penjaga pantai China dan kapal angkatan laut Indonesia terkunci dalam ketegangan genting, mengingatkan ketegangan serupa antara pasukan China melawan Filipina dan Vietnam 10 tahun yang lalu.
Pentingnya Laut Natuna untuk Indonesia
Baca: Video Dramatis Pasukan China Versus India yang Pegang Pentungan bak Perang Abad Pertengahan
Namun pertaruhan Indonesia untuk Laut Natuna tidak hanya perairan yang kaya dengan keanekaragaman biota yang bisa menjamin kehidupan para nelayan.
Perairan Laut Natuna Utara juga penting untuk industri energi masa depan Indonesia.
Ladang gas alam terbesar Indonesia yang bernama Natuna Timur, dengan sumber gas senilai 46 triliun kubik kaki berada di sana.
Secara tradisional, Indonesia telah mencoba untuk menghentikan tindakan China.
Menekankan tidak ada "ketegangan wilayah" antara dua negara, Indonesia telah berulang kali menawarkan bertindak sebagai mediator netral antara China dan negara tetangga yang bermasalah dengan China untuk Kepulauan Spratly.
Untuk bagian mereka sendiri, Beijing mau mengabaikan klaim maritimnya yang tumpang tindih dengan Jakarta, terutama selama China tidak bisa berbuat banyak akan hal itu.
Laut Natuna berada 1500 km dari wilayah China terdekat, dan China selama ini tidak mampu menegakkan klaim mereka dengan jarak sejauh itu.
Baca: Kembali Tegang, Taiwan Kerahkan Rudal Setelah Jet Tempur China Masuk Zona Udara Taiwan