
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sejumlah ilmuwan mengkhawatirkan virus Nipah akan menjadi pandemi berikutnya.
Virus ini jauh lebih mengerikan dibanding virus corona karena tingkat kematiannya mencapai 75 persen.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilaporkan telah mendaftarkan virus Nipah sebagai salah satu dari 16 patogen prioritas yang perlu diteliti karena potensinya untuk memicu epidemi.
Dikutip dari Mirror, Sabtu (20/2/2021), para ilmuwan mengkhawatirkan virus Nipah yang menyebabkan pembengkakan otak dengan tingkat kematian hingga 75% dapat menjadi pandemi berikutnya.
Penyakit yang dibawa oleh kelelawar buah telah memicu ketakutan di kalangan para ahli karena tingkat mutasinya yang tinggi dan sangat mematikan.
Muntah, kejang, dan pembengkakan otak adalah beberapa gejala virus, yang pertama kali muncul dari babi ke peternak di Malaysia pada 1999.
Tingkat kematian Nipah berkisar antara 40 hingga 75%, jauh lebih tinggi dari tingkat 1% untuk virus korona, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Baca: Laporan WHO Ungkap Fakta Baru, Sudah Ada 13 Varian Virus Corona di Wuhan Sejak Desember 2019

WHO menyebut penyakit itu sebagai salah satu dari 16 patogen prioritas yang perlu diteliti karena potensinya untuk memicu epidemi, lapor The Sun.
Sebanyak 260 virus telah berpotensi menjadi epidemi, para ahli menemukan.
Virus Nipah sangat mengkhawatirkan karena tingkat mutasi yang tinggi dan masa inkubasi hingga 45 hari, yang berarti seseorang dapat menularkannya lebih dari sebulan sebelum jatuh sakit.
-
Pemuka Agama di Jatim Jadi yang Pertama Coba Vaksin AstraZeneca, Pemerintah Distribusi ke 7 Provinsi
-
Sejumlah Fakta All England 2021, dari Rekor Baru hingga Kontroversi yang Muncul
-
Dubes Inggris Klaim Kejadian Tim Bulutangkis Indonesia di All England Bukan Kesalahan Siapapun
-
Soal Vaksin AstraZeneca yang Dilabeli Haram, Ma'ruf Amin: Persoalannya Saat Ini Boleh atau Tidak
-
Menanti Kelahiran Anak Pertama, Dinda Hauw dan Rey Mbayang Positif Covid-19