Masih dari laman Covid19.go.id, narasi tersebut langsung dibantah oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari PT Bio Farma, Bambang Heriyanto.
Bambang mengatakan jika postingan tersebut adalah hoaks.
Ia kemudian menjelaskan, vaksin yang dikemas menggunakan prefilled syringe (vaksin dan alat suntik dikemas dalam satu wadah dosis tunggal) adalah vaksin yang digunakan dalam uji klinis.
Sedangkan vaksin yang digunakan untuk program vaksinasi tahap awal ini memang dikemas dalam vial sehingga vaksin dalam vial harus ditarik dulu isinya menggunakan jarum suntik.
Baca: Rekam Jejak Ribka Tjiptaning yang Dirotasi Setelah Tolak Vaksin Covid-19, Pernah Jadi Dokter
Baca: Fraksi PDIP Ribka Digeser dari Komisi IX ke Komisi VII DPR setelah Tolak Vaksin Sinovac
Lebih lanjut Bambang menjelaskan untuk tahap-tahap awal, vaksin Sinovac ini diprioritaskan untuk mereka di garis depan (nakes) sebanyak 3 juta dosis “Untuk kedatangan yang 3 juta dosis, 1 vial isinya 1 dosis.
Jadi datang 3 juta vial, untuk 3 juta dosis,” terangnya.
Ke depan Biofarma akan memproses sendiri vaksin menggunakan bulk dari Sinovac.
"Nanti setelah 3 juta vial ini habis, vaksin yang akan digunakan menggunakan bulk yang diproses lebih lanjut di Bio Farma, dan akan mempunyai kemasan yang berbeda," ungkapnya.
Diketahui sebelumnya, Presiden Joko widodo disuntik vaksin Covid-19 pertama kali pada Rabu (3/1/2021) pagi di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Penyuntikan tersebut juga disiarkan secara langsung melalui YouTube Sekretariat Presiden.
"Saya memulai ikhtiar besar sebagai warga negara Indonesia untuk terbebas dari pandemi ini dengan menerima vaksin Covid-19," kata Jokowi melalui akun Instagram miliknya, @jokowi, sesaat setelah disuntik vaksin.
Jokowi bercerita, ketika divaksin tak ada sesuatu yang ia rasakan.
Semua proses berjalan dengan lancar.
"Enggak terasa apa-apa waktu disuntik ya, tetapi setelah dua jam agak pegal sedikit," kata dia melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (13/1/2021).
(TribunnewsWiki.com/Restu)