Sempat Dikabarkan Milik China, TNI Ungkap Belum Tahu Asal Usul Seaglider yang Ditemukan di Selayar

KSAL mengungkapkan bahwa seaglider sejauh ini hanya dimiliki sejumlah negara, di antaranya China, Amerika Serikat, Perancis, Kanada, hingga Jepang


zoom-inlihat foto
drone-bawah-laut-atau-seaglider-2.jpg
(TRIBUNBATAM.id/AMINUDDIN)
Drone bawah laut atau seaglider yang terjaring oleh nelayan di lepas pantai Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada Desember 2020


Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Yudo, tidak ada ciri-ciri tulisan yang menjadi penanda negara pembuat seaglider tersebut. 

"Jadi tidak ada tulisan apa pun di sini. Kami tidak rekayasa, bahwa yang kami temukan seperti itu masih persis seperti yang ditemukan nelayan tersebut kita bawa ke sini (Jakarta)," kata KSAL.

Sebagai upaya untuk mengungkap asal-muasal seaglider ini, Yudo telah memerintahkan Pushidrosal untuk terus meneliti hingga mengantongi negara mana yang mengirimkan benda ini ke perairan Tanah Air.

"Saya beri waktu satu bulan Pak Kepala Pushidrosal untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya biar ada kepastian," kata Yudo.

Baca: Bantah Klaim Jadi Ancaman Demokrasi, China Sebut Kepala Intelijen AS Munafik

Baca: Prabowo Ditunjuk Memimpin Proyek Lumbung Pangan, Jokowi: Pertahanan Bukan hanya Urusan Alutsista

Yudo mengatakan, dalam upaya mengungkap temuan tersebut, pihaknya juga mempersilakan Pushidrosal bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait.

Di samping itu, eks Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Kogabwilhan I) ini mengungkapkan, bahwa seaglider sejauh ini hanya dimiliki sejumlah negara.

Antara lain, China, Amerika Serikat, Perancis, Kanada, hingga Jepang.

Akan tetapi, pihaknya hingga kini masih belum bisa menyimpulkan siapa pemilik seaglider.

Menanggapi hal itu, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi mengatakan, penggunaan seaglider itu mungkin sudah direncanakan.

"Sulit untuk tidak mengatakan bahwa penggunaan sea glider itu bukan sesuatu yang disengaja, bahkan direncanakan," kata Fahmi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2021).

Hal itu bukannya tanpa alasan, sebab lokasi penemuan alat tersebut yang berada di kawasan perairan teritorial Indonesia.

Indonesia sendiri sejauh ini juga belum mengeluarkan klaim atas kepemilikan perangkat itu.

Bukan untuk spionase

Kekhawatiran publik atas temuan tersebut sedikit memudar setelah pihak TNI memastikan bahwa seaglider bukanlah untuk kegiatan spionase atau mata-mata.

Ia mengatakan, seaglider pada dasarnya untuk kepentingan riset.

"Jadi alat ini lebih kepada riset namun tentunya bagaimana yang menerima data tersebut menggunakannya untuk apa? Jadi alat ini lebih kepada untuk riset bawah laut karena memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal, jadi bukan untuk kegiatan mata-mata dan sebagainya," jelas dia.

Baca: Kapal Induk AS Ronald Reagan Dikirim ke Laut China Selatan, Gelar Operasi Pertahanan Udara Maritim

Baca: Tensi AS dan China Meningkat di Laut China Selatan, TNI Menyiagakan 4 KRI di Natuna untuk Antisipasi

Selain itu, seaglider juga berfungsi untuk mengambil data dan validitas arus.

Ia juga memastikan bahwa alat tersebut tidak bisa untuk mendeteksi kapal selam maupun kapal pada umumnya.

Sebab, seaglider yang ditemukan tidak bisa menangkap sonar sebagaimana yang dimiliki TNI AL.

"Jadi ini hanya untuk data-data kedalaman air laut di bawah permukaan. jadi tidak bisa mendeteksi keberadaan kapal kita yang atas air dan kapal-kapal yang melintas, tidak bisa," kata dia.





Halaman
123
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved