TRIBUNNEWSWIKI.COM - China membantah klaim Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS), John Ratcliffe yang menyebut negeri Tirai Bambu itu merupakan ancaman terbesar bagi demokrasi.
Melalui Juru Bicara Kedubes China di Washington DC, China menolak klaim tersebut dengan menyebut Ratcliffe "mendistorsi fakta" dan "munafik".
Ratcliffe dinilai telah memakai pola pikir Perang Dingin dan prasangka ideologis dari beberapa orang di AS.
Dalam sebuah kesempatan, John Ratcliffe menyebut China sebagai ancaman terbesar bagi demokrasi di seluruh dunia.
Tak hanya itu, ia mengatakan ancaman itu sudah ada sejak Perang Dunia ke-2.
Baca: AKHIRNYA, Program Penyuntikan Vaksin Covid-19 Telah Dimulai di Rusia
Baca: 18 Penambang Batu Bara di China Tewas Keracunan Gas Karbon Monoksida
Beijing menurut Ratcliffe bermaksud untuk mendominasi AS dan seluruh dunia dalam bidang ekonomi, militer, dan teknologi.
Ratcliffe menyebut China memakai pendekatan spionase ekonomi dalam tiga tahap: Rob, Replicate, and Replace.
China, menurut Ratcliffe mencuri kekayaan intelektual perusahaan, menyalinnya, kemudian mengantikan posisi korporasi AS di tingkat global.
Sementara itu, Duta Besar China untuk Amerika Serikat Cui Tiankai mengatakan bahwa China dan Amerika Serikat justru dapat bekerja sama di beberapa bidang utama seperti vaksin COVID-19, perubahan iklim, dan ekonomi.
Dalam sebuah kesempatan, Tiankai menyebut kedua negara dapat berkolaborasi dalam membuat kebijakan di masa depan.
Baca: Demi Konten, Youtuber Ini Paksa Pacar Hamil Kedinginan: Meninggal dan Dituntut 15 Tahun Penjara
Baca: Optimis Uji Coba Vaksin, Dirjen WHO Desak Semua Negara Bersatu dan Bangkit Pasca-Pandemi
"China dan AS berdiri untuk saling mendapatkan keuntungan dari kerja sama dan bersama-sama menghapus konfrontasi," kata Cui saat membahas hubungan bilateral masa depan dengan Profesor Graham Allison dari Universitas Harvard.
"Kerja sama adalah satu-satunya pilihan yang tepat bagi kedua negara," katanya.
"Jelas bahwa dunia pasca pandemi tidak akan stabil dan pemerintahan global tidak akan efektif tanpa hubungan yang sehat dan stabil antara China dan AS," tukasnya, dilansir CGTN, Jumat (5/12/2020).
Nada Sinis Loyalis Trump
Seperti diketahui Ratcliffe adalah 'yes man' dari Donald Trump.
Baca: INFO BMKG - Prakiraan Cuaca Minggu 6 Desember 2020: Jakarta Pusat dan Medan Waspada Cuaca Buruk
Baca: IDI Sebut Ada 342 Tenaga Medis yang Meninggal karena Positif Covid-19
Ia sempat mengatakan ada pihak asing yang menggunakan media sosial dan platform lain untuk mempengaruhi pemilih dalam Pilpres AS.
Namun, ia tidak mengatakan pihak mana yang dimaksud.
Selain itu, pernyataan Ratcliffe juga kontradiktif dengan argumen sebelumnya.
Kepada CBS, ia sempat menyebut badan intelijen AS tidak punya indikasi pihak asing bisa campur tangan ataupun mengubah hasil pemungutan suara.
Namun demikian, ia masih kan menganalisa semua informasi.
Pada Jumat (4/12/2020), ia berencana mengeluarkan laporan campur tangan pihak asing atas Pilpres AS pada Januari 2021.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)