TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebelumnya, sebanyak 2.400 calon vaksin Covid-19 dari Sinovac Biotech Ltd, China, tiba di Indonesia sejak 19 Juli lalu.
Calom vaksin itu sedang diuji klinis di laboratorium di dalam negeri milik BUMN Bio Farma dan Unpad, Bandung.
Setelah uji coba beberapa waktu lalu, Indonesia dikabarkan akan mengimpor calon vaksin lagi.
Melalui PT Bio Farma (Persero),Kementerian BUMN akan mengimpor bulk atau konsentrat Ready to Fill (RTF) vaksin virus corona (Covid-19 dari Sinovac sebanyak 50 juta dosis pada November 2020 sampai dengan Maret 2021 mendatang.
Penandatanganan Prelimenary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Production of Covid-19 Vaccine, yang dilaksanakan pada 20 Agustus 2020 di Hainan, Tiongkok lalu meresmikan hal ini.
Terkait bahan baku vaksin Covid-19, Menteri BUMN, Erick Thohir lalu buka suara bahwa Bio Farma telah bekerja sama dengan Sinovac.
Bahkan jika pada akhir 2020 ini vaksin dari Sinovac ini bisa diproduksi, maka Bio Farma harus membeli bahan bakunya seharga 8 dollar AS atau Rp 117.135 (kurs Rp 14.641) per dosisnya.
“Memang harga yang sudah dikerjasamakan dengan Sinovac itu untuk 2020 harganya per dosis bahan bakunya 8 dollar AS, tapi di 2021 harganya 6-7 dollar AS, jadi ada penurunan. Ini bahan baku,” kata Erick mengutip dari Kompas.com.
Baca: Kerja Sama Vaksin Covid-19 Antara China dan Kanada Berakhir, Bukan karena Hubungan Sedang Memanas
Baca: Peserta BPJS Kesehatan Bisa Dapat Vaksin Covid-19 Secara Gratis dengan Syarat Tertentu
Sementara jika vaksin asal Sinovac tersebut sudah siap dipakai untuk imunisasi massal di Indonesia, kalkulasi harga perkiraan dari Bio Farma yakni Rp 25-30 dollar AS atau kisaran Rp 366.000 sampai Rp 439.000.
“Nah perhitungan awal harga vaksin ini untuk satu orang, karena satu orang perlu dua kali suntik dan jeda waktunya dua minggu kurang lebih. Itu harganya 25-30 dollar AS range-nya,” ujar Erick.
Menurut Erick, tiap satu orang perlu dilakukan dua kali vaksinisasi. Rentang waktunya, diantara dua minggu.
“Tapi bukan berarti kita ingin beli vaksin mahal, karena kan tentu vaksin ini hanya jangka pendek, yang ke depan itu vaksin merah putih harus dilakukan,” ucap dia.
Sebelumnya, Erick menyampaikan bahwa dalam perjanjian itu Bio Farma tidak hanya sekedar mengolah dan mendistribusikan saja, tetapi juga ada unsur transfer teknologi.
"Dalam kunjungan ini kita ingin memastikan transformasi dari industri kesehatan kita, di mana Bio Farma kerja sama dengan Sinovac adalah sebuah kerja sama yang win-win, bahwa menyepakati dengan Sinovac dalam hal transfer knowledge, transfer teknologi, ini yang perlu digarisbawahi," ujar Erick dalam video conference beberapa waktu lalu.
Pada 20 Agustus 2020, dilaksanakan dua penandatanganan perjanjian.
Baca: Indonesia Akan Mendapat 30 Juta Dosis Vaksin Akhir Tahun Ini Bila Uji Klinis Berjalan Baik
Baca: Jokowi Sebut Kemungkinan Mulai Januari 2021 Masyarakat Indonesia Akan Divaksinasi Covid-19
Pertama, Indonesia dipastikan mendapatkan tambahan pasokan bulk vaksin Covid-19 hingga Maret 2021, tambahan pasokan sampai dengan akhir tahun 2021.
Perjanjian itu untuk menyepakati komitmen ketersediaan pasokan bulk vaccine hingga 50 juta dosis vaksin mulai November 2020 hingga Maret 2021.
Untuk dokumen kedua yang ditandatangani Sinovac dan Bio Farma adalah MoU untuk komitmen kapasitas bulk vaccine 2021 dimana Sinovac akan memberikan prioritas kepada Bio Farma untuk pasokan bulk vaccine hingga akhir tahun 2021.
Erick mengungkapkan, Kementerian BUMN tak ingin selamanya Indonesia hanya menjadi negara konsumtif.
Dia berharap ke depannya Indonesia bisa mandiri, termasuk dalam urusan produksi vaksin virus corona.