TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hubungan diplomatik antara dua negara besar, Amerika Serikat (AS) dan China, semakin memburuk.
Saling tuduh terkait dalang penyebaran pandemi Covid-19 dan perang dagang membuat hubungan dua negara ini selalu panas sepanjang berjalannya tahun 2020 ini.
Memburuknya relasi antara Amerika Serikat dan China kini semakin menjadi-jadi.
Kini diketahui Amerika Serikat memerintahkan China untuk segera menutup konsulatnya di Houston.
Peringatan itu diberikan di tengah tuduhan aksi mata-mata yang dilakukan China.
Ini menandakan kemunduran sangat dramatis dalam hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut
Baca: AS Tuding China Jadi Mata-Mata dan Curi Kekayaan Intelektual, Minta Tutup Konsulat di Houston
Baca: Terapkan Kerja Paksa Terhadap Muslim Uighur, 11 Perusahaan China Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat
Sebelumnya, Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mendakwa dua warga negara China karena meretas kontraktor pertahanan, peneliti virus corona baru, dan perusahaan lain di seluruh dunia.
Dalam gugatan pengadilan pada Selasa (21/7/2020), otoritas AS mengatakan dua warga negara China yakni Li Xiaoyu dan Dong Jiazhi, berpartisipasi dalam kampanye cyberespionage multiyear yang mencuri desain senjata, informasi obat, kode sumber perangkat lunak, dan banyak lagi.
Mengutip pemberitaan Reuters, surat dakwaan tersebut menuduh, dua peretas asal China itu beroperasi sejak 2014 hingga 2020, dan yang terbaru mencoba mencuri penelitian kanker.
Kedutaan Besar China di Washington tidak segera menjawab pertanyaan dari Reuters.
Baca: AS Tuding China Jadi Mata-Mata dan Curi Kekayaan Intelektual, Minta Tutup Konsulat di Houston
Dakwaan itu tidak menyebutkan nama perusahaan tertentu, tetapi mengatakan Li dan Dong mencuri terabyte data dari komputer di seluruh dunia, termasuk AS, Inggris, Jerman, Australia dan Belgia.
Dokumen tersebut menuduh Li dan Dong bertindak sebagai kontraktor untuk Kementerian Keamanan China atau MSS, agen yang sebanding dengan Badan Intelijen Pusat AS (CIA).
MSS, kata jaksa penuntut, memberikan informasi kepada para peretas ke dalam kerentanan perangkat lunak penting untuk menembus target dan mengumpulkan informasi intelijen. Di antara mereka yang menjadi sasaran adalah demonstran Hong Kong, kantor Dalai Lama, dan seorang Kristen non-profit China.
Asisten Jaksa Agung Keamanan Nasional John Demers mengatakan dalam konferensi pers virtual, para peretas kadang-kadang bekerja dengan akun mereka sendiri. Termasuk, sebuah kasus di mana Li diduga mencoba memeras US$ 15.000 dalam cryptocurrency dari seorang korban.
Baca: Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa Jegal Huawei, China Balas Dendam ke Nokia dan Sony Ericsson
Reuters melansir, Demers menyatakan, China telah bergabung dengan "klub memalukan bangsa-bangsa yang menyediakan tempat yang aman bagi penjahat siber", dengan imbalan layanan mereka mencuri kekayaan intelektual.
Perintah menutup Konsulat China di Houston
Situasi terkini, hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing semakin memburuk,
Diketahui Washington memerintahkan Beijing untuk menutup konsulat mereka yang berada di Houston, paling lambat Jumat (24/7/2020).
Titah dari negeri Paman Sam tersebut disebut sebagai bentuk "provokasi politik" oleh Beijing.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, mengatakan keputusan itu diambil karena China dituduh telah "mencuri" kekayaan intelektual dengan melakukan peretasan.
Kemenlu China mengecam langkah tersebut di Twitter, dengan menyebutkan kedutaan mereka di Washington DC telah menerima ancaman kematian.
Baca: Ini Alasan Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac dari China Diuji Klinis Fase 3 di Indonesia
Baca: Jelang Pilpres dan Demi Perbaiki Citra Politik, Donald Trump Kini Wajibkan Masker untuk Warga AS