TRIBUNNEWSWIKI.COM - Departemen Perdagangan Amerika Serikat menambahkan 11 perusahaan asal China dalam daftar perusahaan yang diduga terlibat pelanggaran HAM.
Semua perusahaan itu disebut telah melakukan penahanan sewenang-weang, kerja paksa, hingga pengumpulan data biometrik dan analisis genetika, seperti diberitakan Kontan dari CNET, Selasa (21/7/2020).
Target utama dari semua aktivitas itu adalah muslim Uighur dan kelompok minoritas lain yang ada di China.
"Beijing secara aktif mempromosikan praktik kerja paksa yang tercela dan pengumpulan DNA serta skema analisis untuk memberikan tekanan pada warganya," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross seperti dikutip CNET.
Satu di antara perusahaan itu adalah Nanchang O-Film Tech.
Baca: Meski Terlibat Ketegangan Militer, Donald Trump Mau Bekerja Sama dengan China Demi Vaksin Covid-19
Nanchang merupakan pemasok komponen untuk perusahaan teknologi terkemuka AS, seperti Apple, Amazon, Dell, bahkan Microsoft.
Karena kasus ini, pemerintah AS melakukan pembatasan pada sejumlah produk teknologi AS yang memiliki hubungan bisnis dengan 11 perusahaan itu.
Ross mengatakan tidak akan ada lagi produk AS yang memiliki hubungan dengan perusahaan asing yang terlibat kejahatan HAM Seperti China.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS telah menambahkan 48 perusahaan China yang diduga terlibat dalam penindasan terhadap warga muslim Uighur.
-
5 Negara dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Dunia, Ada Penambahan Kasus Hampir 60 Ribu Sehari
-
China Sudah Jual Vaksin Covid-19 ke Berbagai Negara, Warga Setempat Justru Banyak yang Ogah Divaksin
-
Cepat atau Lambat Indonesia Diprediksi Bakal Hadapi China, TNI Sempat Kerahkan Jet Tempur ke Natuna
-
Tesla Bakal Bangun Pabrik Mobil Listrik di India, Bagaimana Nasib Investasi di Indonesia?
-
Hari Ini dalam Sejarah 17 Februari: Perang China-Vietnam Dimulai, Dipicu Serbuan Vietnam ke Kamboja