Tahun ini, China tidak akan menetapkan angka target pertumbuhan ekonomi, akibat adanya pandemi Covid-19.
Ini adalah pertama kalinya Beijing tidak memiliki target produk domestik bruto (PDB) sejak 1990, ketika pencatatan semacam ini dimulai.
Hal ini diumumkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang pada awal pertemuan parlemen tahunan negara itu, seperti diberitakan BBC.com, Jumat (22/3/2020).
Baca: Puluhan Orang Terkonfirmasi Covid-19 di Beijing, China Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona?
Ekonomi China menyusut 6,8% pada kuartal pertama dari tahun lalu karena lockdown telah melumpuhkan bisnis.
"Ini karena negara kita akan menghadapi beberapa faktor yang sulit diprediksi dalam perkembangannya karena ketidakpastian besar mengenai pandemi Covid-19 dan lingkungan ekonomi dan perdagangan dunia," kata Perdana Menteri Li.
Meski demikian, pemerintah China berjanji akan mendukung pemulihan ekonomi di tengah kekhawatiran mengenai dampak pengangguran yang terjadi.
Baca: Peringatan Gelombang Kedua Covid-19 saat China Laporkan Kluster Baru Penyebaran Covid-19
Ketegangan dengan AS
Negara itu semakin tidak menguntungkan karena Beijing dan Washington menjadi semakin tegang akibat pandemi coronavirus, perdagangan, dan Hong Kong.
Pada hari Kamis, Presiden Donald Trump mengkritik China.
Trump mengatakan Xi Jinping berada di belakang "serangan disinformasi dan propaganda terhadap Amerika Serikat dan Eropa."
Sebelumnya, Trump menuding WHO memiliki bias terhadap China.
Aksi trump ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari publik AS sendiri.
"WHO gagal dalam tugas dasarnya dan harus bertanggung jawab," tambahnya.
Padahal, Amerika Serikat adalah penyandang dana tunggal terbesar untuk WHO.
Tak tanggung-tanggung, pemerintah AS menganggarkan 400 juta USD (316 juta Euro) untuk WHO di tahun lalu.
"Dengan pecahnya pandemi Covid-19, kami memiliki keprihatinan mendalam apakah kemurahan hati Amerika telah dimanfaatkan sebaik mungkin," kata presiden.
Trump menuduh WHO tak bisa menilai virus ini dengan baik ketika pertama kali muncul di Wuhan.
Baca: Jadi Negara dengan Kasus Covid-19 Terbanyak, Donald Trump Malah Bangga: Tanda Kehormatan untuk AS
"Seandainya WHO melakukan tugasnya untuk membawa para ahli medis ke China untuk menilai secara objektif situasi di lapangan dan untuk menyebut kurangnya transparansi China, wabah itu bisa saja tertahan di sumbernya dengan kematian yang sangat sedikit," katanya kepada wartawan.
"Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menghindari kerusakan ekonomi di seluruh dunia. Sebaliknya, WHO bersedia mengambil jaminan China untuk menghadapi nilai ... dan membela tindakan pemerintah China."
Namun, para koresponden menunjukkan bahwa Trump sendiri sempat memuji tanggapan China terhadap wabah tersebut dan meremehkan bahaya virus di dalam negeri.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)