TRIBUNNEWSWIKI.COM - Media China melaporkan virus corona ditemukan berada di papan potong ikan salmon (sejenis telenan) yang berada di sebuah pasar di Beijing.
Laporan ini menyusul banyaknya kasus positif Covid-19 yang dilaporkan China.
Padahal, mereka sudah tak pernah mencatatkan kasus baru selama hampir dua bulan lamanya.
Wakil Perdana Menteri China, Sun Chunlan, meminta pejabat mengambil langkah tegas, seperti diberitakan BBC, Senin (15/6/2020).
Ia memperingatkan risiko penularan masih tetap tinggi.
Memang penambahan kasus baru di Beijing dikaitkan dengan pasar grosir terbesar di kota tersebut.
Baca: AS dan China Memanas, Amerika Serikat Kerahkan 3 Kapal Induk dan Jet Tempur di Perairan Indo-Pasifik
Karena kasus ini, manajer pasar dan tiga pejabat lain diberhentikan.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional China, Beijing mencatat satu kasus virus baru pada hari Kamis dan enam pada hari Jumat.
Catatan itu menjadi kasus pertama dalam hampir dua bulan.
Pada hari Sabtu, 36 kasus lokal baru dicatat di Beijing, semuanya terkait dengan pasar Xinfadi.
CGTN menggambarkan pasar ini sebagai pasar grosir terbesar di seluruh Asia.
Dengan cepat, pemerintah melockdown pasar.
Selain itu, pembatasan juga dilakukan di 11 lingkungan terdekat.
Jumlah infeksi mungkin tidak terdengar besar saat ini.
Tetapi, setelah lebih dari 50 hari tanpa kasus sama sekali, pihak berwenang di sini khawatir hal ini dapat dengan mudah berubah menjadi gelombang kedua coronavirus.
Apa lagi mengingat besarnya pasar yang menjadi lokasi transmisi.
Pasar grosir besar yang memiliki puluhan ribu pengunjung setiap hari.
Baca: China dan Amerika Serikat Disebut Bakal Lakukan Pertemuan Tingkat Tinggi di Hawaii, Upaya Damai?
Dampak Covid-19 pada Ekonomi China
Memang penambahan kasus baru ini menjadi ketakutan tersendiri bagi China.
Apalagi ekonomi negara itu sudah terdampak Covid-19.
Tahun ini, China tidak akan menetapkan angka target pertumbuhan ekonomi, akibat adanya pandemi Covid-19.
Ini adalah pertama kalinya Beijing tidak memiliki target produk domestik bruto (PDB) sejak 1990, ketika pencatatan semacam ini dimulai.
Hal ini diumumkan oleh Perdana Menteri Li Keqiang pada awal pertemuan parlemen tahunan negara itu, seperti diberitakan BBC.com, Jumat (22/3/2020).
Baca: Puluhan Orang Terkonfirmasi Covid-19 di Beijing, China Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona?
Ekonomi China menyusut 6,8% pada kuartal pertama dari tahun lalu karena lockdown telah melumpuhkan bisnis.
"Ini karena negara kita akan menghadapi beberapa faktor yang sulit diprediksi dalam perkembangannya karena ketidakpastian besar mengenai pandemi Covid-19 dan lingkungan ekonomi dan perdagangan dunia," kata Perdana Menteri Li.
Meski demikian, pemerintah China berjanji akan mendukung pemulihan ekonomi di tengah kekhawatiran mengenai dampak pengangguran yang terjadi.
Baca: Peringatan Gelombang Kedua Covid-19 saat China Laporkan Kluster Baru Penyebaran Covid-19
Ketegangan dengan AS
Negara itu semakin tidak menguntungkan karena Beijing dan Washington menjadi semakin tegang akibat pandemi coronavirus, perdagangan, dan Hong Kong.
Pada hari Kamis, Presiden Donald Trump mengkritik China.
Trump mengatakan Xi Jinping berada di belakang "serangan disinformasi dan propaganda terhadap Amerika Serikat dan Eropa."
Sebelumnya, Trump menuding WHO memiliki bias terhadap China.
Aksi trump ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari publik AS sendiri.
"WHO gagal dalam tugas dasarnya dan harus bertanggung jawab," tambahnya.
Padahal, Amerika Serikat adalah penyandang dana tunggal terbesar untuk WHO.
Tak tanggung-tanggung, pemerintah AS menganggarkan 400 juta USD (316 juta Euro) untuk WHO di tahun lalu.
"Dengan pecahnya pandemi Covid-19, kami memiliki keprihatinan mendalam apakah kemurahan hati Amerika telah dimanfaatkan sebaik mungkin," kata presiden.
Trump menuduh WHO tak bisa menilai virus ini dengan baik ketika pertama kali muncul di Wuhan.
Baca: Jadi Negara dengan Kasus Covid-19 Terbanyak, Donald Trump Malah Bangga: Tanda Kehormatan untuk AS
"Seandainya WHO melakukan tugasnya untuk membawa para ahli medis ke China untuk menilai secara objektif situasi di lapangan dan untuk menyebut kurangnya transparansi China, wabah itu bisa saja tertahan di sumbernya dengan kematian yang sangat sedikit," katanya kepada wartawan.
"Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menghindari kerusakan ekonomi di seluruh dunia. Sebaliknya, WHO bersedia mengambil jaminan China untuk menghadapi nilai ... dan membela tindakan pemerintah China."
Namun, para koresponden menunjukkan bahwa Trump sendiri sempat memuji tanggapan China terhadap wabah tersebut dan meremehkan bahaya virus di dalam negeri.
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)