Pernah Diprediksi Tak Alami Resesi Pasca-Pandemi Corona, Jokowi: Kita Harus Bicara Apa Adanya

Jokowi meminta jajarannya menyisir kembali APBN dan APBD, pangkas belanja non prioritas kemudian direlokasi untuk penanganan pandemi corona (Covid-19)


zoom-inlihat foto
jokowi-ikut-ktt-g20.jpg
Kompas.com/Dokumen Istana Negara
Presiden Joko Widodo mengikuti KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020) malam. Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan).


The Economist sebelumnya memberikan prediksinya pertumbuhan ekonomi untuk semua negara-negara anggota G20.

Hasilnya, wabah virus corona atau Covid-19 diprakirakan akan membuat hampir seluruh negara-negara G20 jatuh ke jurang resesi.

Lebih dari setengah negara-negara yang masuk dalam jajaran G20 diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.

“Gambaran ekonomi global tampak suram, dengan resesi di hampir setiap ekonomi maju di seluruh dunia," kata Direktur Forecast Global EIU, Agathe Demarais dikutip dari The Economist, Selasa (31/3/2020).

Data The Economist memperlihatkan, hanya 3 negara-negara G20 yang diprediksi masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif sepanjang 2020.

Meski demikian angka itu tetap menurun dengan prediksi ekonomi global akan terkontraksi sebesar 2,2 persen.

Satu diantara 3 negara yang masih positif adalah Indonesia dengan prediksi pertumbuhan PDB riil pada tahun 2020 berada di angka 1 persen.

Sebelum virus corona menyerang, PDB Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen.

Dua negara lainnya adalah China dan India.

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan berada di angka 1 persen pada 2020 dari yang sebelumnya 5,9 persen.

Sementara India, PDB pada tahun 2020 berada di angka 2,1 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,9 persen.

Demarais menuturkan, pemulihan ekonomi bisa saja terjadi pada semester II tahun 2020.

Namun, tidak ada yang menjamin pertumbuhan akan terkontraksi lebih jauh bila ada gelombang epidemi kedua dan ketiga.

"Risiko penurunan skenario dasar ini sangat tinggi, karena munculnya gelombang epidemi kedua, atau ketiga akan menenggelamkan pertumbuhan lebih lanjut," ujarnya.

Selain itu pada tahap ini, Demarais mengaku sulit pula melihat strategi keluar dari penguncian.

Sehingga ketidakpastian pertumbuhan ekonomi akan tetap tinggi untuk ketiga negara tersebut.

"Akhirnya, kombinasi dari pendapatan fiskal yang lebih rendah, dan pengeluaran publik yang lebih tinggi, akan menempatkan banyak negara di ambang krisis utang," ungkapnya lebih lanjut.

Baca: Indonesia dan 2 Negara Lainnya Diprediksi Tak Alami Resesi Pasca-Pandemi Corona, Bagaimana Bisa?

Baca: Ikut KTT G20 Via Online Setelah Makamkan Ibunda, Jokowi: Lawan Covid-19 dan Resesi Ekonomi Global

Baca: Anggaran Terpotong Covid-19, ASN Eselon I-II Tak Dapat THR, Eselon III ke Bawah Cair Tapi Berkurang

(TRIBUNNEWSWIKI/magi, TRIBUNNEWS/Fransiskus Adhiyuda Prasetia)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Jokowi: Kita Bicara Apa Adanya, Pertumbuhan Ekonomi Terkoreksi Cukup Tajam"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved