Pernah Diprediksi Tak Alami Resesi Pasca-Pandemi Corona, Jokowi: Kita Harus Bicara Apa Adanya

Jokowi meminta jajarannya menyisir kembali APBN dan APBD, pangkas belanja non prioritas kemudian direlokasi untuk penanganan pandemi corona (Covid-19)


zoom-inlihat foto
jokowi-ikut-ktt-g20.jpg
Kompas.com/Dokumen Istana Negara
Presiden Joko Widodo mengikuti KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (26/3/2020) malam. Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kanan).


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Wabah penyakit kerap diikuti dengan adanya resesi ekonomi, yakni kondisi dimana adanya penurunan yang signifikan terhadap kegiatan perekonomian.

Penurunan tersebut biasanya terjadi dalam jangka waktu tiga bulan atau lebih.

Terlebih, WHO mengumumkan virus corona menjadi pandemi global.

Artinya dampak persebaran virus corona dialami oleh hampir seluruh negara di dunia.

Tak hanya masalah kesehatan, dampak pandemi yang menjadi kekhawatiran adalah resesi ekonomi.

Sebelumnya Indonesia, China dan India diprediksi menjadi tiga dari negara anggota G20 yang masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif sepanjang 2020.

Baca: Tidak untuk Semua PNS, Inilah Kategori ASN yang Bisa Mendapatkan Gaji Ke-13 dan THR Tahun 2020

Baca: Sambut Ulang Tahun Mendiang Kim Il Sung dan Pemilu Korsel, Kim Jong Un Lakukan Uji Coba Rudal

Jokowi bicara apa adanya soal perekonomian negara pascapandemi corona

Presiden Joko Widodo mencanangkan kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan ibadah di rumah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Hal ini diungkapkan Presiden dalam konferensi pers di Istana Bogor, Minggu (15/3/2020).(Instagram/jokowi)
Presiden Joko Widodo mencanangkan kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan ibadah di rumah untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Hal ini diungkapkan Presiden dalam konferensi pers di Istana Bogor, Minggu (15/3/2020).(Instagram/jokowi) (Instagram/jokowi)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran kementerian hingga kepala daerah untuk mempersiapkan diri.

Termasuk sejumlah skenario dalam menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19.

Terlebih, seperti dikutip dari Tribunnews.com,  Jokowi menyampaikan sektor ekonomi akan terdampak cukup besar akibat pandemi.

Informasi tersebut disampaikan oleh sang presiden dalam sidang kabinet paripurna melalui telekonferensi, Selasa, (14/4/2020).

Jokowi menyampaikan bahwa target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi cukup tajam.

Meski demikian, Jokowi mengingatkan jika kondisi tersebut tak hanya akan dialami oleh Indonesia saja melainkan hampir semua negara di dunia.

Jokowi juga menegaskan bahwa lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia telah memprediksi dimana kondisi ekonomi global pada 2020 akan memasuki periode resesi.

Padahal, pada prakiraan sebelum adanya pandemi Covid-19, ekonomi global diprediksi bisa tumbuh negatif 2,8 persen.

Oleh sebab itu, Jokowi meminta jajarannya terus bekerja keras untuk memulihkan kondisi baik  kesehatan maupun ekonomi.

Satu diantaranya adalah kementerian/lembaga serta kepala daerah diminta untuk kembali menyisir sejumlah anggatan.

Terutama anggaran yang bisa direalokasi untuk penanganan virus corona atau Covid-19.

"Untuk refocusing dan realoakasi APBN 2020. Saya ingin menekankan sekali lagi agar seluruh kementerian/lembaga, pemerintah daerah, menyisir ulang kembali APBN dan APBD-nya. Pangkas belanja tidak prioritas, sekali lagi pangkas belanja-belanja yang tidak prioritas," tegas Jokowi.

Prediksi Indonesia, China dan India tak alami resesi pascapandemi corona

Orang-orang yang memakai masker wajah tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan untuk mengambil salah satu kereta pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei, China awal pada 8 April 2020. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mengangkat kebijakan lockdown setelah berbulan-bulan karena virus corona, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat.
NOEL CELIS / AFP
Orang-orang yang memakai masker wajah tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan untuk mengambil salah satu kereta pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei, China awal pada 8 April 2020. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mengangkat kebijakan lockdown setelah berbulan-bulan karena virus corona, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat. NOEL CELIS / AFP (NOEL CELIS / AFP)

The Economist sebelumnya memberikan prediksinya pertumbuhan ekonomi untuk semua negara-negara anggota G20.

Hasilnya, wabah virus corona atau Covid-19 diprakirakan akan membuat hampir seluruh negara-negara G20 jatuh ke jurang resesi.

Lebih dari setengah negara-negara yang masuk dalam jajaran G20 diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.

“Gambaran ekonomi global tampak suram, dengan resesi di hampir setiap ekonomi maju di seluruh dunia," kata Direktur Forecast Global EIU, Agathe Demarais dikutip dari The Economist, Selasa (31/3/2020).

Data The Economist memperlihatkan, hanya 3 negara-negara G20 yang diprediksi masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi positif sepanjang 2020.

Meski demikian angka itu tetap menurun dengan prediksi ekonomi global akan terkontraksi sebesar 2,2 persen.

Satu diantara 3 negara yang masih positif adalah Indonesia dengan prediksi pertumbuhan PDB riil pada tahun 2020 berada di angka 1 persen.

Sebelum virus corona menyerang, PDB Indonesia diprediksi tumbuh 5,1 persen.

Dua negara lainnya adalah China dan India.

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan berada di angka 1 persen pada 2020 dari yang sebelumnya 5,9 persen.

Sementara India, PDB pada tahun 2020 berada di angka 2,1 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,9 persen.

Demarais menuturkan, pemulihan ekonomi bisa saja terjadi pada semester II tahun 2020.

Namun, tidak ada yang menjamin pertumbuhan akan terkontraksi lebih jauh bila ada gelombang epidemi kedua dan ketiga.

"Risiko penurunan skenario dasar ini sangat tinggi, karena munculnya gelombang epidemi kedua, atau ketiga akan menenggelamkan pertumbuhan lebih lanjut," ujarnya.

Selain itu pada tahap ini, Demarais mengaku sulit pula melihat strategi keluar dari penguncian.

Sehingga ketidakpastian pertumbuhan ekonomi akan tetap tinggi untuk ketiga negara tersebut.

"Akhirnya, kombinasi dari pendapatan fiskal yang lebih rendah, dan pengeluaran publik yang lebih tinggi, akan menempatkan banyak negara di ambang krisis utang," ungkapnya lebih lanjut.

Baca: Indonesia dan 2 Negara Lainnya Diprediksi Tak Alami Resesi Pasca-Pandemi Corona, Bagaimana Bisa?

Baca: Ikut KTT G20 Via Online Setelah Makamkan Ibunda, Jokowi: Lawan Covid-19 dan Resesi Ekonomi Global

Baca: Anggaran Terpotong Covid-19, ASN Eselon I-II Tak Dapat THR, Eselon III ke Bawah Cair Tapi Berkurang

(TRIBUNNEWSWIKI/magi, TRIBUNNEWS/Fransiskus Adhiyuda Prasetia)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Jokowi: Kita Bicara Apa Adanya, Pertumbuhan Ekonomi Terkoreksi Cukup Tajam"





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved