Perjuangan Abdul Muis, Sastrawan & Jurnalis yang Dapat Gelar Pahlawan Nasional Pertama di Indonesia

Abdul Muis adalah seorang sastrawan sekaligus jurnalis, aktivis, dan politikus. Ia diberi gelar Pahlawan Nasional yang pertama di Indonesia


zoom-inlihat foto
abdul-muis-123.jpg
Kolase foto Wikimedia Commons
Abdul Muis, tokoh Sarekat Islam pernah memimpin pemogokan buruh pegadaian, sistem pajak pemerintah Hindia Belanda hingga ia jadi pahlawan nasional untuk kali pertama


Di luar dari pengasingannya, Abdul Muis kembali melakukan aksi-aksi.

Pertentangan yang terjadi dalam tubuh Sarekat Islam mengharuskan Abdul Muis meninggalkan Jakarta dan kembali ke Sumatera Barat untuk meneruskan gerakan politiknya pada tahun 1923.

Abdul Muis kemudian memimpin harian Utusan Melaju dan Harian Perobahan.

Mengasingkan Diri

Menyadari gejolak pemogokan begitu sengit, Abdul Muis memilih untuk berkontribusi dalam dengan menulis karya-karya sastra, yang salah satunya adalah karya sastra terkenal berjudul “Salah Asuhan” yang terbit pada tahun 1928.

Pada tahun 1926 dan 1927, Abdoel Moies melakukan perlawanan dalam politik pajak tanah dan perpanjangan waktu efpacht.

Selain itu aksinya dalam gerakan adat menggemparkan pemerintah Hindia Belanda.

Setelah tahun 1945, Belanda datang dan melaksanakan agresi militer.

Dalam hal ini, Abdul Muis membentuk badan perjuangan bernama Persatuan Perjuangan Priangan, dengan tujuan turut berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan.

Sejak saat itu, Abdul Muis mulai tidak menonjolkan diri dalam kegiatan politik dan lebih memilih menulis novel-novel atau menerjemahkan sastra mancanegara.

Profesinya sebagai sastrawan digeluti Abdul Muis sampai meninggal dunia.

Jejak sebagai Sastrawan

Mempunyai keahlian di bidang sastra, Abdul Muis sering menulis dan membuat Novel.

Salah satu novel Abdul Muis yang berjudul ‘Salah Asuhan’ mendapat perhatian dari banyak kalangan.

Hal tersebut terjadi karena isi novel yang menceritakan persoalan citra pemuda Indonesia.

Beberapa komentar datang dari kritikus tentang Abdul Muis.

Pengalaman Abdul Muis dalam bidang penulisan telah mengangkat namanya.

Karya-karya terkenal Abdul Muis dalam penulisan adalah novel, cerita pendek, saduran, dan terjemahan.

Abdul Muis pernah menerjemahkan karya Mark Twain yang berjudul 'Tom Sawyer' yang kemudian diubah dalam Bahasa Indonesia 'Tom Sawyer Anak Amerika'.

Selain itu, Abdul Muis juga pernah menerjemahkan 'Don Kisot' karya Cervantes dalam Bahasa Indonesia.

Baca: VIDEO - Peringati Hari Pahlawan 10 November, Berikut Isi Pidato Bung Tomo Merdeka atau Mati!

Baca: PAHLAWAN NASIONAL - A.A. Maramis

Cerita anak berjudul 'Sebatang Kara' merupakan saduran dari Karya Hector Malot yang diterjemahkan oleh Abdul Muis.

Abdul Muis juga menulis novel dengan tema sejarah yaitu 'Surapati' dan 'Robert Anak Surapati'.

Salah satu cerita pendek yang dibuat Abdul Muis yang terkenal adalah berjudul 'Suara Kakaknya'

Selanjutnya, cerita pendek (cerpen) yang dibuat Abdul Muis berjudul 'Di Tepi Laut' dimuat dalam Boedaja No. 12, tahun 1948.

Kemudian, beberapa puisi karya Abdul Muis yang dimuat dalam beberapa surat kabar yaitu:

  • “Ummat Hanjut di Dunia Gulita” dalam Boedaja No. 12, tahun 1948.
  •  “Insjaflah” dalam Boedaja No. 4, tahun 1948.
  •  “Kenangan” dalam Boedaja No. 12, tahun 1948.
  • “Koedjoendjoeng” dalam Boedaja No. 12, tahun 1948.
  •  “Melati” dalam Boedaja No. 12 tahun 1948.
  •  “Rindoe Dendam” dalam Boedaja No. 1 tahun 1948.

Dalam perkembangan Sastra Indonesia, menurut A. Teeuw dalam Sastra Indonesia Modern Jilid II, Abdul Muis merupakan golongan pertama dari seorang sastrawan yang nasionalis

Sebagian peneliti sastra juga memasukkan Abdul Muis sebagai seorang sastrawan yang menerbitkan karya sastra dalam Penerbit Balai Pustaka.

Karya-karya Abdul Muis muncul sekitar tahun 1920an dan awal tahun 1930an.

Gelar Pahlawan Nasional

Dalam perjalanannya, Abdul Muis meninggal pada 17 Juni 1959.

Kemudian, oleh Pemerintah Republik Indonesia, Abdul Muis dijadikan Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia No. 2183/59 pada tanggal 30 Agustus 1959.

Gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada Abdul Muis merupakan gelar pahlawan nasional pertama kali di Indonesia yang kemudian dilanjutkan menjadi kegiatan rutin kenegaraan.

Literatur:

  1. A . Teeuw, Sastra Indonesia Modern Jilid II, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989)
  2. Dendy Sugono (ed), Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern, (Jakarta: Pusat Bahasan Departemen Pendidikan Nasional, 2003)
  3. Robert van Niel, Munculnya Elite Modern Indonesia, (Dunia Pustaka Jaya, 1984)
  4. Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Pustaka Utama Grafiti, Cetakan Kedua, 2005)
  5. Yusmar Basri, Abdul Muis: politikus, jurnalis, sastrawan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 2001)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved