Warta Kota/adhy kelana/kla
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Ke-3 Indonesia, Prof Dr Ir Ing Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie, sudah berpulang ke Rahmatullah, di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, pada Selasa (11/9/2019) pukul 18.05 WIB.
Ada begitu banyak kenangan yang membekas yang diceritakan oleh tokoh-tokoh nasional yang pernah bersentuhan dengan sosok BJ Habibie.
Juga begitu banyak "gelar" yang bisa disematkan ke sosok BJ Habibie.
Mulai dari Bapak Ilmu dan Teknologi Indonesia, Penemu Teori Crack Pesawat, hingga Bapak Inspirator Bangsa.
Dahlan Iskan, mantan menteri di era SBY, juga tokoh pers di Indonesia, menambah "gelar" buat BJ Habibie, sebagai Bapak Demokrasi Indonesia.
"Saya harus mengenang beliau sebagai ‘bapak demokrasi’ Indonesia," tulis Dahlan Iskan, dalam kolom Disway miliknya, Selasa (12/9/2019).
Dalam kolom yang diberi tajuk Setelah Istri, Dahlan Iskan menulis mengenal BJ Habibie sebagai orang yang membuat sejarah bagi pers di Indonesia.
"Tiba-tiba saja beliau berani menghapus segala perizinan surat kabar. Padahal, sebelum beliau menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia, dunia pers sangat gelap. Indonesia termasuk negara yang tidak punya kebebasan pers, " tulis Dahlan Iskan.
Baca: Pesawat N250 Gatotkaca Karya BJ Habibie
Dahlan Iskan juga memahami akan kontroversi gelar Bapak Demokrasi Indonesia buat BJ Habibie yang dicetuskannya.
"Tentu ada dua kritik atas gelar ‘Bapak Demokrasi’ itu. Pertama, waktu pers terbelenggu Pak Habibie sudah menjabat Wakil Presiden. Mengapa tidak berjuang sejak saat itu. Kedua, kebebasan pers itu begitu bebasnya. Banyak yang bilang ‘kebablasan’. Atau: ‘sekali merdeka, merdeka sekali’," tulis Dahlan Iskan.
Baca: BJ Habibie Meninggal Dunia, Kilas Balik saat Dilengserkan Amien Rais dalam Sidang Istimewa MPR 1999
Berikut kutipan lengkap kolom Setelah Istri yang ditulis Dahlan Iskan:
Setelah Istri
Dr Mahathir Mohamad (94 tahun) membuat tokoh seperti Prof. B.J. Habibie belum pantas meninggal dunia.
Usia Pak Habibie ‘baru’ 83 tahun. Saat beliau wafat di RSPAD Gatot Subroto Rabu sore kemarin.
Saya harus mengenang beliau sebagai ‘bapak demokrasi’ Indonesia.
Biarlah para ilmuwan yang menulis kenangan ini: bahwa beliau adalah juga bapak ilmu dan teknologi Indonesia.
Baca: BJ Habibie Tutup Usia, Jokowi, Prabowo, hingga Fadli Zon Tuliskan Ucapan Belasungkawa
Dunia perfilman Indonesia sudah mengabadikan beliau –sebagai ‘Bapak Para Suami’ Indonesia.
Saya sendiri mengenal beliau lebih sebagai orang media. Beliaulah yang membuat sejarah: tiba-tiba saja beliau berani menghapus segala perizinan surat kabar.
Padahal, sebelum beliau menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia, dunia pers sangat gelap. Indonesia termasuk negara yang tidak punya kebebasan pers.
Zaman itu surat kabar dihantui ancaman bredel.
Departemen Penerangan semacam momok bagi dunia pers.
Kopkamtib sangat menakutkan.
Untuk menerbitkan surat kabar diperlukan izin yang begitu banyak.
Saya pernah membuat daftarnya: 16 izin.
Termasuk yang disebut rekomendasi dari PWI dan SPS. Pusat dan daerah.
Baca: BJ Habibie: Pesan untuk Gubernur DKI Jakarta: Sinergikan Budaya, Agama, dan Pengetahuan
Tentu ada dua kritik atas gelar ‘Bapak Demokrasi’ itu.
Pertama, waktu pers terbelenggu Pak Habibie sudah menjabat Wakil Presiden.
Mengapa tidak berjuang sejak saat itu.
Kedua, kebebasan pers itu begitu bebasnya.
Banyak yang bilang ‘kebablasan’. Atau: ‘sekali merdeka, merdeka sekali’.
Tapi, kami, orang pers, senang sekali.
Keberanian Pak Habibie itu di luar dugaan kami.
Baca: Mengenal Teori Crack, Temuan Habibie di Bidang Penerbangan yang Dipakai di Seluruh Dunia
Padahal Menteri Penerangan-nya saat itu seorang jenderal: Yunus Yosfiah.
Kami sendiri sering waswas dengan kebebasan yang begitu bebasnya.
Lebih bebas dari Amerika.
Di sana, untuk menerbitkan koran, setidaknya harus memberi tahu kantor pos.
Di sini, memberi tahu RT pun tidak perlu.
Baca: Pesan BJ Habibie Sebelum Meninggal Dunia untuk Cucunya yang Ingin jadi Pesepak Bola
Tentu masih ada keberanian beliau lainnya: membebaskan tokoh-tokoh politik yang ditahan.
Tidak layak ada orang dimasukkan penjara hanya karena pandangan politik yang berbeda.
Lalu dicari-cari kesalahan mereka.
Kami pun, para tokoh pers, akhirnya menarik kesimpulan.
Itu tidak bisa dipisahkan dari latar belakang Pak Habibie.
Baca: BJ Habibie: Kumpulan Prestasi dan Penghargaan
Yang puluhan tahun hidup di Jerman.
Di sebuah negara demokrasi.
Bagi orang seperti Pak Habibie beda pendapat itu biasa.
Jerman telah membentuk kepribadian demokrasinya.
Sewaktu menjabat Menteri BUMN saya sowan beliau.
Saya ingin mendengar gagasan pesawat terbang beliau.
Siapa tahu ada jalan keluar.
Baca: BJ Habibie Meninggal Dunia, Ini Profil Lengkapnya: Di Jerman Jadi Direktur MBB Hamburg
Dua minggu lalu saya masih berkirim surat kepada beliau.
Saya minta izin mengganggu beliau.
Agar membolehkan 350 calon mahasiswa ke kediaman beliau.
Mereka akan berangkat kuliah di 9 universitas di Tiongkok.
Atas beasiswa yang diusahakan yayasan kami.
Beliau sudah menyatakan. OK.
Tunggal diatur waktu dan kursi-kursinya.
Para calon mahasiswa itu sudah begitu senang. Akan bisa mendapat wejangan beliau.
Tulisan ini harusnya 1 juta halaman.
Agar memadai dengan jasa beliau.
Terlalu banyak yang beliau sudah perbuat.
Tapi saya lagi di Inggris.
Saat mendapat kabar duka ini.
Saya lagi dalam perjalanan dari Skotlandia ke Irlandia.
Saya mampir dulu ke sebuah tempat.
Untuk menulis naskah demi Pak Habibie ini.
Akhirnya Pak Habibie kembali membuat bukti: begitu rapuh fisik seorang lelaki –setelah ditinggal istrinya, cintanya, dan kekasihnya.
Dan itu baru sembilan tahun lalu.(Dahlan Iskan)
(*)
KOMENTAR