Jadi Bapak Pers Nasional, Siapa Sosok Tirto Adhi Soerjo? Gigih Membela Rakyat Lewat Tulisan

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pahlawan Nasional dan Bapak Pers Nasional, Tirto Adhi Soerjo.

Antara 1905-1906, Tirto Adhi Soerjo melakukan perjalanan panjang ke luar Jawa untuk menggalang dana, namun justru berdampak fatal terhadap korannya tersebut.

Soenda Berita seperti kehilangan induk dan akhirnya berhenti terbit.

Tirto Adhi Soerjo kemudian meluncurkan Medan Priaji pada 1 Januari 1907 yang terbit mingguan.

Selain sebagai penggagas, Tirto Adhi Soerjo juga bertindak selaku editor sekaligus administrator.

Medan Prijaji juga memperoleh bantuan dana dari para bangsawan dan saudagar lokal.

Pada 10 Desember 1908, NV Javasche Boekhandel en Drukkerij en Handel in Schrijfbohoeften “Medan Prijaji” resmi berbadan hukum.

NV (Naamloze Vennootschap atau perseroan terbatas alias PT) ini tidak hanya menerbitkan Medan Prijaji, melainkan juga beberapa media lainnya, termasuk Soeloeh Keadilan.

Dua media itu berhasil menjadikan Tirto Adhi Soerjo sebagai orang Indonesia pertama yang menyuluh rasa kesadaran berbangsa bumiputra melalui media.

Dalam konteks ini, ia memperkenalkan apa yang sekarang disebut sebagai jurnalisme advokasi.

Tak jarang, Tirto membela kaum tertindas lewat surat kabarnya.

Pencetus Berdirinya Sarekat Prijaji

Di dunia pergerakan, Tirto Adhi Soerjo juga sangat progresif.

Pada 1905, bersama Wahidin Soediro Hoesodo, tokoh sekolah dokter STOVIA, Tirto Adhi Soerjo menggagas perhimpunan yang melahirkan Sarekat Prijaji pada 1906.

Sayangnya belum genap setahun Sarekat Prijaji sudah tersendat-sendat kerana masalah dana.

Tirto Adhi Soerjo kemudian bergabung dengan Budi Utomo Cabang Bandung.

Namun hal itu tidak bertahan lama, Tirto Adhi Soerjo menilai Budi Utomo hanya akan mengangkat kaum priyayi Jawa.

Tirto Adhi Soerjo juga mengklaim bahwa Sarekat Prijaji lebih maju dalam wawasan nasionalismenya daripada Boedi Oetomo, yang mana tidak memperhitungkan perbedaan bangsa-bangsa di dalamnya.

Baca: Hari ini Dalam Sejarah: 16 Oktober 1905, Sarekat Dagang Islam Dibentuk oleh Samanhudi

Tirto Adhi Soerjo kemudian mendeklarasikan organisasi baru bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor pada 5 April 1909.

Ia berpikiran, bila ingin memajukan kaum “terprentah” hendaknya jangan bergantung kepada golongan ningrat atau orang-orang pemerintahan, melainkan bergerak bersama orang-orang bebas, yakni pedagang.

Tirto Adhi Soerjo kemudian berkolaborasi dengan Haji Samanhoedi, pemimpin perkumpulan Rekso Roemekso di Solo yang mewadahi para pedagang batik, pegawai rendah Kasunanan, hingga orang-orang petugas keamanan.

Halaman
1234


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer