"Artinya bahwa kebangsaan atau nasionalisme hanya menjadi paham berdasarkan isme yang kita yakini.
Maka, dalam perjalanannya hanya saling mengalahkan.sehingga isme-isme itu hanya isu atau kemasan.
Nasionalisme itu isi dari sistem kebangsaan kita, bukan hanya kemasan," kata Dedi.
Ia menilai, hari ini isme-isme itu berubah menjadi kemasan politik.
Karena kemasan politik, sering kali perilaku mereka yang merasa nasionalis tetapi tidak mencerminkan nasionalisme.
"Ternyata tidak bisa obyektif, tetap berpihak. Di luar golongan kita, kita anggap salah.
Fenomena Abu Janda itu salah satunya. Dia juga termasuk problem influencer yang minim gagasan, tapi banyak aksi," katanya.
Seperti diketahui, Abu janda alias Permadi Arya dilaporkan KNPI ke Bareskrim Polri pada Kamis (28/1/2021).
Permadi dilaporkan dengan dugaan ujaran rasialisme lewat akun Twitter-nya terhadap mantan komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai.
“Telah diterima laporan kami secara kooperatif dari pihak polisi bahwa kami telah melaporkan akun Twitter @permadiaktivis1 yang diduga dimiliki saudara Permadi alias Abu Janda,” kata Ketua bidang Hukum KNPI Medya Riszha Lubis di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Kamis, dikutip dari Tribunnews.com.
“Yang kami laporkan adalah dugaan adanya ujaran kebencian dengan memakai SARA dalam tweet-nya tanggal 2 Januari tahun 2021 yang menyebut, kau @nataliuspigai2 apa kapasitas kau, sudah selesai evolusi kau," sambungnya.
Menurut Medya, kata “evolusi” dalam cuitan tersebut yang membuat mereka melaporkan akun itu.
KNPI menilai, dengan kata itu, akun tersebut diduga telah menyebarkan ujaran kebencian.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dedi Mulyadi Prihatin Ada "Influencer" Banyak Aksi, tetapi Minim Referensi"