Anggota DPR Dedi Mulyadi Sebut Abu Janda ‘Influencer’ Banyak Aksi Kurang Referensi

Penulis: saradita oktaviani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi (kiri) menyebut bahwa fenomena Abu Janda (kanan) adalah salah satu masalah intelektualitas influencer.

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Abu Janda tengah menjadi sorotan setelah dilaporkan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ke Bareskrim Polri atas dugaan ujaran rasisme melalui akun Twitternya.

Hal ini pula menjadi sorotan dari anggota DPR RI Dedi Mulyadi.

Dia merasa prihatin terhadap Abu Janda yang disebutnya sebagai influencer banyak tingkah tapi tanpa disertai ilmu yang memadai.

Dedi Mulyadi menilai jika influencer seperti itu adalah salah satu problem demokrasi.

Sebab fenomena Abu Janda menandakan salah satu masalah intelektualitas influencer.

Pegiat media sosial Permadi Arya atau kerap disapa Abu Janda ikut berdemonstrasi bersama massa pengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Jalan Silang Merdeka Barat Daya, Monas, Jakarta Pusat, Selasa (14/1/2020). (KOMPAS.com/NURSITA SARI)

"Abu Janda adalah problem minimnya gagasan kaum influencer.

Banyak aksi kurang isi. Banyak aksi kurang referensi," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Sabtu (30/1/2021).

Tak hanya itu, Dedi juga menyoroti pakaian taradisional Jawa yang selalu dipakai Abu Janda.

Akan tetapi cara bicara dan tindak tanuknya tidak mewakili budaya Jawa.

"Saya malah bertanya, sebenarnya dia ini mewakili siapa. Kalau mewakili kaum tradisi, tradisi mana yang dia kembangkan.

Kalau mewakili kaum nahdliyin dia nyantri di mana dan kitab apa yang dia sukai.

Kalau bicara tentang pluralisme, nasionalisme, maka dilarang untuk bersikap rasialisme," kata Dedi.

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi (handout via Kompas.com)

Anggota DPR RI itu mengatakan jika Indonesia membutuhkan orang-orang yang memiliki karya nyata dan sikap keteladanan yang memadai.

Hanya dengan dua sikap itulah, menurut Dedi masyarakat bisa membangun negeri yang majemuk ini secara baik.

Menurutnya, berbagai tindakan yang membuka ruang perdebatan tanpa dasar hanya akan melahirkan konflik yang tak berkesudahan.

"Saatnya menata negeri ini dengan baik. Demokrasi harus diisi oleh orang-orang cerdas," katanya.

Dedi mengatakan, demokrasi hanya akan diisi oleh orang-orang cerdas dan obyektif, tanpa membabi buta berbicara kepada sebuah kelompok pemikiran yang berbeda.

"Kalau kaum pluralis membabi buta pada kelompok yang dianggap berbeda, apa bedanya dengan kaum fundamentalis?" kata Dedi.

Permadi Arya alias Abu Janda di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (29/11/2019). (Tribunnews.com/ Igman Ibrahim)

Menurutnya, kerangka berpikir tentang kebangsaan hanya akan diisi jiwa kebangsaan.

Sebaliknya, ketika berbicara tentang kebangsaan atau nasionalisme, kalau jiwanya hanya diisi jiwa kelompok atau isme, Dedi menilai itu tidak ada artinya.

Halaman
12


Penulis: saradita oktaviani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi

Berita Populer