Dengan menjamak Isya-Magrib, delapan menit menghadap Tuhan pun usai.
Warga sekitar yang mengetahui keputusan menginap di lapangan itu, berbondong-bondong datang.
Mereka membawa terpal untuk dijadikan tenda. Tidak hanya itu, juga disediakan alas berupa karpet dan selimut.
Saat tenda sementara dibangun, kaum perempuan sibuk memasak untuk santap malam.
Tenda terbangun, menu santap malam pun tiba.
"Mirip suasana saat pendidikan ya, lama juga saya baru dapat suasana seperti ini," ucap Laode Jimmy yang kini berpangkat dua bunga melati.
Seusai santap malam, Laode Jimmy pun mengajak semua pilot heli dan dokter Feddy serta lima jurnalis yang meliput untuk beristirahat.
Namun, sebelum merebahkan badan, Letkol Laode mengintruksikan agar yang melakukan penjagaan di luar warga yang juga bergaya di sekitar tenda.
"Tetap harus ada yang jaga ya, nanti giliran saya bangunkan jam 2 malam untuk gantian," kata Letkol Laode disahuti kata siap oleh pilot.
Pukul 06.00 Wita, sang komandan Lanal pun terbangun, diikuti pilot dan dokter Feddy serta lima jurnalis yang meliput.
Ia tidak dibangunkan oleh pilot yang berjaga lantaran tertidur pulas.
"Kenapa kamu tidak bangunkan saya, padahal kan say sudah bilang jam dua giliran saya," ucap Laode ke pilot yan berjaga di heli dan memantau sekitar tenda di malam hari.
"Siap ndan, tidak apa-apa, terlalu pulas saya lihat tidurnya ndan, tidak enak,' ucap sang pilot sembari melempar senyum.
Belum lama terbangun dengan udara sejuk perbukitan desa Popenga, kaum ibu-ibu di kampung setempat berdatangan.
Ada yang membawa kopi, teh, air hangat, gorengan dan biskuit untuk sarapan pagi.
"Wah... Bu, kami tidak enak ini. Repotin ibu semua, padahal kami kesini mau membantu," kata Letkol Laode menyambut kedatangan kaum ibu-ibu desa.
Baca: Pemilik Tanah Marah, Pengungsi Gempa Majene Harus Bongkar Tenda dan Pindah Tempat Mengungsi
Sarapan usai, penumpang heli pun bersiap beranjak menuju KRI dr Soeharso di Lanal Mamuju.
Sebelum berangkat, warga setempat menyempatkan berswa foto di dekat heli.
Begitu juga dengan kehadiran Letkol Laode dan pilot Heli.
Mereka antri berswa foto bersama Letkol Marinir Laode dan para pilot.
Pukul 08.40 Wita, pilot Baron pun mengarahkan para penumpang untuk bersiap.
Letkol Laode Jimmy pun menghampiri warga yang hadir sembari berucap terima kasih.
"Makasih ya.. semua bapak ibu. Keberadaan kami di Popenga ini tidak akan pernah saya lupa. Saya sudah bagian dari warga sini, sekali lagi terima kasih," ujarnya.
Tata tertib penerbangan disampaikan sebelum menaiki heli jenis Anti Kapal Selam (AKS) AS 565 MBe Panther tersebut.
"Berdoa dimulai," ucap pilot Baron sebelum menaiki heli.
Saat heli mulai lepas landas dari lapangan desa Popenga, warga setempat yang berjejer di sekitar lapangan melambaikan tangan perpisahan yang disambut lambaian tangan dari Letkol Marinir Laode Jimmy.
Lebih kurang 25-30 menit mengudara di atas perbukitan Majene dan laut Mamuju, heli tiba dengan selamat di landasan KRI dr Soeharsono.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Suka Duka Penyaluran Bantuan ke dua Desa Terisolir Majene, Batal Terbang Balik karena Cuaca Buruk