Warga yang mengetahui kedatangan burung besi TNI AL itu, pun berkerumun di lapangan tempat heli mendarat.
Saat roda heli menyentuh rumput lapangan, warga kian dekat sambil berteriak riuh.
Selain karena membutuhkan pasokan bahan makanan, kebanyakan dari mereka juga mengaku baru kali pertama melihat heli dari dekat.
Baca: Pengakuan Pengungsi Gempa Majene, Bantuan Hanya untuk Tenda Besar, Telantar Kesulitan Logistik
Meski antusias, warga yang 100 persen penduduk muslim yang juga masih memegang teguh adat istiadat itu tetap tertib.
Terlebih kehadiran Komandan Lanal Mamuju, Letkol Marinir Laode Jimmy yang lebih dahulu tiba di lokasi juga menggunakan jalur udara.
Dengan tertib, proses penyaluran bahan makanan itu pun berlangsung tanpa ada saling dorong ataupun desak-desakan.
"Alhamdulillah hari ini dengan sorting ke tiga penerbangan kita, kita sudah membawa kurang lebih hampir dua ton berupa bahan makanan," kata Letkol Laode Jimmy.
Bantuan makanan yang disalurkan itu, berupa beras, minyak goreng, mie instan, dan obat-obatan.
Seusai melakukan penyaluran bahan makanan, Letkol Marinir Laode Jimmy yang memboyong satu dokter dari KRI dr Soeharso, bergerak melakukan pengobatan gratis.
Dokter itu, Letkol Laut (K) dr Feddy Manurung. Keduanya berjalan menyusuri tiap rumah warga yang membutuhkan pengobatan.
Melihat misi kemanusiaan keduanya harus melalui jalan terjal dan curam, aparat desa setempat memusatkan pengobatan di rumah Kepala Desa Popenga, Muslimin.
Di halaman rumah pak desa, dr Feddy pun beraksi. Ia sibuk meladeni puluhan warga yang datang untuk memeriksakan kondisi kesehatannya.
Mulai dari sakit kepala, lambung hingga hipertensi dikeluhkan warga setempat.
"Umumnya kebanyakan warga mengaku ada yang sakit kepala semacam pusing, ada yang sakit lambung sama hipertensi," kata dr Feddy.
Saat jadwal pengobatan berakhir tepat pukul 12.30 Wita, muncul seorang warga bernama Juhadil (35) asal Dusun Batang Nato, tiga kilometer dari rumah pak Desa Muslimin.
Juhadil mengeluh patah pada lengan tangannya akibat terjatuh saat lari dari dalam rumah akibat guncangan gempa.
Juhadil pun diberi obat oleh dr Feddy, tangannya diperban layaknya perawatan pada orang patah pada umumnya.
Seusai melayani Juhadil, dr Feddy dan Letkol Marinir Laode Jimmy pun menuju lapangan tempat heli mendarat.
Jadwal penerbangan menuju KRI dr Soeharso telah disampaikan oleh pilot Lettu Laut (P) Baron, tepatnya sekitar pukul 14.00 Wita.
Namun, saat hendak menyalakan mesin heli. Tiba-tiba awan tebal menyelimuti langit desa yang dikelilingi bukti terjal itu.