Sang pilot memilih mengurunkan waktu untuk terban pukul 14.00 WITA.
Sembari menunggu cuaca kembali bersahabat, Letkol Laode dan tiga pilot heli memilih berbincang santai dengan warga setempat.
Kurang sejam berbincang, warga dari Dusun Lemo-lemo Desa Ulumanda menghampiri.
Mereka meminta jasa dr Feddy untuk melakukan pengobatan di dusun mereka.
Melihat cuaca belum juga bersahabat, Letkol Laode akhirnya memutuskan untuk mendatangi rumah warga itu.
Letkol Laode, dr Feddy dan pilot Baron pun menyambangi rumah warga yang berjarak dua kilometer dari lokasi landas heli.
Tiba di dusun Lemo-lemo, rupanya kehadiran dr Feddi telah ditunggu puluhan warga yang juga antri memeriksakan kesehatannya.
Dua jam pengobatan berlangsung, antrean warga tidak kunjung habis.
Di saat yang sama, cuaca sore di langi Popenga sudah mendukung untuk dilakukan penerbangan.
Saat pilot lain mengisyaratkan cuaca sudah kondusif untuk dilakukan penerbangan, Letkol Laode memilih untuk tidak meninggalkan lokasi penangobatan warga.
Pasalnya, masih tersisa belasan warga yang belum diperiksa oleh dr Feddy.
Penerbangan pun kembali tertunda hingga pukul 17.30 Wita.
Jelang adzan magrib berkumandan, Letkol Laode, dr Feddy dan pilot Baron tiba kembali ke tempat Landa heli.
Rencana penerbangan kembali diurungkan lantaran cuaca yang kembali tidak bersahabat..
Ditambah lagi dengan langit yang mulai gelap.
Akhirnya, orang nomor satu di jajaran Lanal Mamuju itu berkordinasi dengan pihak KRI dr Soeharso untuk tidak melakukan penerbangan di malam hari.
Sang Letkol memutuskan untuk menginap di lapangan perbatasan desa Popenga dan Desa Ulumanda.
Sebelum membangun tenda, Letkol Laode mengajak para pilot dan beberapa wartawan yang hendak ikut dalam penerbangan itu, untuk salat magrib berjamaah.
Suasana desa begitu kentel. Letkol Laode dan lainnya mengambil air wudhu di aliran sungai yang jaraknya tidak jauh dari lapangan.
Seusai bersuci, salat jamaah pun dimulai. Akmil TNI AL lulusan tahun 2000 itu memimpin dengan menjadi imam.