Dengan demikian, anak bisa belajar perilaku sosial, empati, memecahkan masalah, hingga pengenalan emosi.
Penanganan semacam ini akan fokus untuk meningkatkan kemampuan anak mengatasi rasa marah dan frustrasi mereka.
Baca: FILM - Slender Man (2018)
Baca: Tak Setuju Reynhard Sinaga Disebut Psikopat, Dokter Boyke Punya Pendapat Lain: Tidak Bisa Dipenjara!
Banyak sekali perdebatan seputar psikopat ini, apakah bawaan lahir atau faktor lingkungan saat bertumbuh.
Rupanya, kondisi ini merupakan konsekuensi dari hubungan kompleks antara genetik, dinamika keluarga, hingga pengalaman hidup.
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan kondisi ini terjadi seperti:
Lingkungan terdekat tidak kondusif bisa menjadi pemicu utama anak mempunya ciri-ciri perilaku psychopathic.
Ditambah lagi dengan anak adalah peniru ulung.
Dia mampu merekam apa yang terjadi di sekitarnya dengan cepat.
Itulah mengapa masalah ini bisa terdeteksi sejak usianya masih 2 tahun.
Misalnya, orangtua yang mempunyai masalah mental atau ketergantungan pada zat tertentu juga termasuk dalam faktor ini.
2. Kekerasan
Anak yang kerap mengalami kekerasan atau penganiayaan secara fisik juga rentan memiliki karakter psikopat.
Selain itu, lingkaran keluarga yang tidak utuh karena orangtua menelantarkan sejak kecil juga turut mengambil peran.
Anak yang mengalami perubahan signifikan terus menerus di masa kecilnya juga bisa menjadi pemicu munculnya karakter psychopathic.
Contohnya pengasuh yang terus menerus berganti, orangtua yang jarang berinteraksi langsung, hingga anak asuh yang berpindah panti atau orangtua angkat cukup sering.
Beberapa studi juga menemukan bahwa anak yang tampak tidak merasakan emosi dari orang sekitarnya memiliki respons otak berbeda. Artinya, otak bereaksi berbeda terhadap rasa takut, kesedihan, serta stimulasi negatif lainnya.