Waktu yang sempit tak memungkinkan dirinya untuk menjelaskan detil kegiatan program dalam formulir yang ia kirimkan.
Galih tak banyak menyimpan ekspekstasi berlebih. Namun, tanpa dinyana ia mendapatkan informasi bahwa dirinya lolos ke tahap lanjutan untuk mengikuti wawancara.
Lagi-lagi, jalan mulus kembali ia lalui. Dinyatakan lulus wawancara, Galih menapaki tahapan berikutnya berupa verifikasi lapangan selama 2 hari untuk validasi dan cek kegiatan.
Hasilnya? Galih menembus babak final! Di babak final, seluruh finalis termasuk Galih diwawancarai oleh juri dari beragam profesi, ada mantan menteri, pegiatan sosial hingga pakar IT.
Juri pun memutuskan bahwa Galih menjadi pemenang penerima apresiasi Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19, menyisihkan 10 ribu orang pendaftar.
“Kita tidak menyangka kalau langkah kecil ini diapresiasi begitu besar, namun raihan ini bukan berarti akan membuat kita berpuas diri sampai di sini,” ucapnya, tegas.
Enggan berpuas diri, Galih bersama tim para guru sudah menerawang langkah-langkah berikutnya.
Evaluasi terus berjalan, platform tambahan tengah dipersiapkan.
Tak peduli pandemi kapan berakhir, namun program dipastikan akan terus digulirkan sekaligus dikembangkan.
Sebab, kebutuhan kegiatan belajar mengajar harus terus ada demi niat luhur memajukan pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Galih masih ingin terus merajut mimpi-mimpinya.
“Kita ingin terus berkembang. Selain punya YouTube, saat ini kita mencoba untuk mengembangkan soal dan materi berbasis android. Kita yakin selama masih kompak, semua pasti bisa. Kita ingin menjadi bagian dari referensi dan media pendidikan Indonesia,” tutupnya.