Korea Utara juga telah kembali menguji coba rudal jarak pendek, sedangkan Washington tidak menunjukkan tanda-tanda mengurangi sanksi.
Melansir dari Reuters, pertemuan terakhir Trump dan Kim Jong Un tidak banyak memecah kebuntuan dalam pembicaraan denuklirisasi.
Hal ini menyebabkan meningkatnya ketegangan, meskipun Trump - yang pernah mencemooh Kim sebagai "Little Rocket Man" - sebagian besar meremehkan tindakan Pyongyang.
Berikut adalah rekam jejak perkembangan tersebut:
Pertemuan puncak di Singapura dihadiri pertama kalinya oleh presiden Amerika dan pemimpin Korea Utara. Akan tetapi, pernyataan yang keluar dari pertemuan itu tidak jelas tentang hal-hal spesifik.
Sebagai gantinya, pertemuan itu hanya menghasilkan komitmen umum.
Sejak pertemuan puncak itu, Korea Utara tidak menunjukkan tanda-tanda nyata kesediaannya untuk meninggalkan senjata nuklirnya.
Para ahli mengatakan Korut diyakini terus melanjutkan pengembangan persenjataan nuklirnya.
Washington, pada saat yang sama, telah berusaha untuk terus menerapkan sanksi, sehingga membuat Korea Utara menuding AS tetap berpegang teguh pada kebijakan yang bermusuhan.
Baca: Konflik Kian Memanas, Militer Korea Utara Ancam Ubah Perbatasan Jadi Benteng Pertahanan
Baca: Paket Selebaran hingga Drama Korea Masuk Korea Utara, Loyalis Kim Jong Un Siap Balas Dendam
KTT kedua antara Trump dan Kim di Vietnam runtuh akibat penerapan sanksi, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan diplomasi denuklirisasi.
Trump dan Kim kemudian bertemu lagi di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan dan sepakat untuk memulai kembali perundingan, tetapi pembicaraan nuklir tingkat kerja di Swedia pada Oktober terhenti.
Meningkatkan ketegangan di akhir tahun, Pyongyang memperingatkan Washington tentang "hadiah Natal" kepada Amerika Serikat.
Meski ada peringatan dari Kim bahwa dunia akan segera melihat "senjata strategis baru," namun, hingga tenggat waktu berakhir, ancaman itu tidak terbukti benar.
Korea Utara meluncurkan serangkaian rudal jarak pendek, tes pertama untuk tahun ini.