Tagar ini menyebar akibat munculnya kasus penyerangan yang dilakukan oleh beberapa remaja di Yogyakarta.
Penyerangan yang tidak beralaskan apapun ini biasa dikenal dengan klitih.
Dilansir dari Kompas.com, klitih berasal dari bahasa jawa yang ada dalam kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito yang artinya tidak berdiri tunggal, tetapi merupakan kata ulang dari 'klithah-klithih'.
Kata tersebut berarti berjalan bolak-balik dengan bingung.
Pakar Bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Pranowo, mengartikan klithih sebagai keluyuran tidak jelas dan tidak tentu arah.
Kata ini juga bisa bermakna bolak-balik, mondar-mandir, dan pontang-panting.
Klitih yang sebenarnya tidak mempunyai makna negatif, merupakan istilah yang digunakan untuk beberapa gerombolan muda-mudi yang sedang nongkrong.
Namun, kata tersebut kini merujuk pada kekerasan di kalangan remaja atau pelajar di Yogyakarta.
Klitih kini mempunyai arti sebagai kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah remaja atau pelajar di Yogyakarta.
Tindak kekerasan tersebut berupa penyerangan terhadap masyarakat tanpa alasan yang jelas.
Baru-baru ini, klitih terjadi lagi di Yogykarta akibat adanya perekrutan anggota geng baru.
Geng ini mengharuskan calon anggotanya melakukan 'klitih' atau kekerasan terhadap orang-orang di jalan dengan cara membacok, memukul, menusuk yang bisa berakibat kematian.
Baca: Pengakuan Pelaku Klitih Jogja, untuk Senang-senang, Menyesal Bacok Korban Kemudian Pijat Orangtua
Sebelum menjadi trending di Twitter, klitih terjadi terhadap seorang pelajar berinisial FNR (16) yang meninggal dunia pada Kamis (9/1/2020).
FNR menjadi korban klitih di daerah Selopamioro, Imogiri, Bantul.
Walaupun sempat dirujuk ke rumah sakit, tetapi nyawanya tak tertolong.
Kasus klitih terbaru terjadi pada bulan Februari yang mengakibatkan dua pemuda di Kulon Progo menjadi korban.