Selain itu, biasakan mencuci tangan menggunakan sabun sehabis keluar dari toilet.
Toilet duduk vs toilet jongkok
Perdebatan tentang mana yang lebih baik antara toilet duduk atau toilet jongkok telah muncul sejak 1960-an seiring dengan terbitnya jurnal Digestive Disease and Science karya Dov Sirikov.
Di dalam jurnal tersebut, Sirikov memaparkan buang air besar dengan jongkok maupun duduk sangat berpengaruh terhadap kelancaran buang air.
Dalam penelitian tersebut, Sikirov menginstruksikan 28 responden untuk buang air besar dalam tiga posisi berbeda, yakni: duduk di toilet setinggi 16 inchi, 12 inchi, dan berjongkok di atas wadah plastik.
Hasilnya, peserta hanya butuh 51 detik untuk mengeluarkan feses mereka.
Sementara, saat duduk dibutuhkan waktu kurang lebih 130 detik.
Selain itu, ditemukan kesimpulan bahwa orang-orang yang berjongkok mengaku merasakan pengalaman buang air besar yang lebih cepat.
Dalam bukunya Gastroenterology yang terbit pada 1964, Dr. Henry L. Bockus menyebutkan bahwa menggunakan kloset jongkok adalah posisi yang ideal ketika buang air besar.
Baca: Musim Hujan, Ini Tips Agar Make Up Bisa Tahan Lama
Baca: Calon Ibu Wajib Baca! Cukupi Kebutuhan Folat Untuk Menjaga Calon Buah Hati
Selanjutnya sebuah penelitian yang dilakukan pada 2003 mencoba membandingkan kekuatan buang air besar dengan jongkok dan duduk.
Hasilnya, proses pengosongan usus akan lebih optimal jika buang air besar dilakukan dengan posisi jongkok.
Kloset jongkok juga lebih higienis, karena tidak terjadi kontak langsung antara bokong dengan kloset.
Penting untuk diketahui, kloset merupakan tempat ideal bersarangnya bakteri sehingga dengan berjongkok akan meminimalisir risiko terkena infeksi.
Di sisi lain, toilet duduk dinilia lebih nyaman untuk ibu hamil, orang lanjut usia dan orang yang menederita radang sendi karena meminimalisir cedera.
Namun, karena organ tubuh bersentuhan langsung dengan toilet tentu risiko terkena infeksi juga lebih besar.
Kloset duduk yang belum dibersihkan dapat menyebabkan keputihan dan infeksi rongga rahim.
Posisi ini juga berisiko menyebabkan berbagai komplikasi seperti konstipasi, sindrom iritasi usus besar, hernia dan wasir.
Pada kasus yang serius, bahkan bisa menyebabkan kanker usus.