Jangan Lakukan Kebiasaan ini saat Menggunakan Toliet Duduk karena Bisa Sebarkan Bakteri Berbahaya

Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jangan lakukan kebiasaan ini saat menggunakan toliet duduk karena bisa sebarkan bakteri berbahaya

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Di Indonesia, umumnya dikenal dua pilihan model toilet yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Anda, yakni toilet jongkok dan toilet duduk.

Bagi Anda yang menggunakan toilet duduk, penting untuk diketahui bahwa kebiasaan yang salah saat menggunakan toilet duduk bisa berpengaruh pada penyebaran bakteri berbahaya.

Salah satunya adalah kebiasan tidak menutup toilet duduk ketika meyiramnya.

Jika Anda termasuk orang yang sering melakukan kebiasaan tersebut, sebaiknya mulai saat ini Anda harus menghentikan hal tersebut.

Dikutip dari News.com.au, para ahli telah mengingakan bahwa tidak menutup toilet duduk ketika menyiramnya akan membuat kuman terbang ke seluruh kamar mandi.

Toilet baru yang ramah disabilitas di Kawasan Monas.(KOMPAS.com/NURSITA SARI)

Pada 2012, para peneliti dari Universitas Leeds menguji udara di atas toilet dan menemukan bahwa kuman tertentu yang disebut C.difficile (yang menyebabkan bakteri ganas dan muntah) dapat terbang hingga 10 inci (25 cm) di atas toilet setiap kali toilet disiram tanpa menutupnya.

Salah satu tempat yang bisa menjadi tempat mendarat kuman-kuman tersebut adalah sikat gigi Anda, yang akan berakhir di dalam mulut Anda.

Ini disebut 'efek aerosol'.

Baca: Masuk Musim Pancaroba, Ini 7 Tips Menjaga Kesehatan Mulai dari Cuci Tangan hingga Tidur Nyenyak

Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 19 November, Diperingati sebagai Hari Toilet Sedunia

"Anda mendapatkan semprotan yang baik dari area toilet," Charles P Gerba, seorang profesor mikrobiologi di Universitas Arizona mengatakan hal itu.

E Coli, Streptococcus, dan Salmonella merupakan bakteri yang umum ditemukan di kamar mandi yang bisa memicu keracunan makanan.

Rata-rata orang menyiram toilet sebanyak lima hingga enam kali setiap hari, yang menambahkan jumlah hingga hampir 2.000 flush (siraman) per tahun.

Jadi, setiap kali Anda menyiram, "Aerosol dibuat karena aliran air ke dalam toilet," Jason Tetro, seorang ilmuwan tamu di Universitas Guelph dan penulis The Germ Files: The Surprising Way Microbes Can Improve Health and Life (and How to Protect Yourself From the Bad Ones), menambahkan.

"Ketika ini terjadi, setiap mikroba yang disimpan di toilet tersebut dapat dikirm ke lingkungan sekitarnya,” lanjut Jason.

Tidak hanya itu, para ahli juga mengungkapkan bahwa kuman-kuman juga terlihat di sekeliling toilet bahkan jika toilet tersebut sedang tidak digunakan.

Jadi pada dasarnya, toilet terbuka yang tidak digunakan masih bisa menyebarkan bakteri.

Studi lain dari University of Oklahoma dengan metode yang sama menyimpulkan bahwa tutup toilet dapat berkontribusi dalam penularan penyakit menular.

Untuk itu, penting bagi kita untuk menutup toilet sebelum menyiramnya.

Selain menutup toilet, ada cara lain untuk mengurangi risiko kuman toilet menempel pada Anda dan peralatan mandi Anda.

Profesor Gerba menyarankan untuk memindahkan sikat gigi Anda setidaknya 3 kaki (91 cm) dari kolset.

Baca: Takut Performa Tubuh Turun ketika Musim Hujan? Intip 7 Resep Jus Sehat untuk Jaga Kesehatan Ini!

Baca: Mencuci Piring saat Hujan Petir Ternyata Bisa Mengancam Keselamatan, Ini Alasannya

Selain itu, perlu juga menggunakan pembersih toilet 'drop-in' untuk memastikan toilet tetap sebersih dan sesegar mungkin.

Selain itu, biasakan mencuci tangan menggunakan sabun sehabis keluar dari toilet.

Toilet duduk vs toilet jongkok

Perdebatan tentang mana yang lebih baik antara toilet duduk atau toilet jongkok telah muncul sejak 1960-an seiring dengan terbitnya jurnal Digestive Disease and Science karya Dov Sirikov.

Di dalam jurnal tersebut, Sirikov memaparkan buang air besar dengan jongkok maupun duduk sangat berpengaruh terhadap kelancaran buang air.

Dalam penelitian tersebut, Sikirov menginstruksikan 28 responden untuk buang air besar dalam tiga posisi berbeda, yakni: duduk di toilet setinggi 16 inchi, 12 inchi, dan berjongkok di atas wadah plastik.

Hasilnya, peserta hanya butuh 51 detik untuk mengeluarkan feses mereka.

Sementara, saat duduk dibutuhkan waktu kurang lebih 130 detik.

Selain itu, ditemukan kesimpulan bahwa orang-orang yang berjongkok mengaku merasakan pengalaman buang air besar yang lebih cepat.

Dalam bukunya Gastroenterology yang terbit pada 1964, Dr. Henry L. Bockus menyebutkan bahwa menggunakan kloset jongkok adalah posisi yang ideal ketika buang air besar.

Baca: Musim Hujan, Ini Tips Agar Make Up Bisa Tahan Lama

Baca: Calon Ibu Wajib Baca! Cukupi Kebutuhan Folat Untuk Menjaga Calon Buah Hati

Selanjutnya sebuah penelitian yang dilakukan pada 2003 mencoba membandingkan kekuatan buang air besar dengan jongkok dan duduk.

Hasilnya, proses pengosongan usus akan lebih optimal jika buang air besar dilakukan dengan posisi jongkok.

Kloset jongkok juga lebih higienis, karena tidak terjadi kontak langsung antara bokong dengan kloset.

Penting untuk diketahui, kloset merupakan tempat ideal bersarangnya bakteri sehingga dengan berjongkok akan meminimalisir risiko terkena infeksi.

Di sisi lain, toilet duduk dinilia lebih nyaman untuk ibu hamil, orang lanjut usia dan orang yang menederita radang sendi karena meminimalisir cedera.

Namun, karena organ tubuh bersentuhan langsung dengan toilet tentu risiko terkena infeksi juga lebih besar.

Kloset duduk yang belum dibersihkan dapat menyebabkan keputihan dan infeksi rongga rahim.

Posisi ini juga berisiko menyebabkan berbagai komplikasi seperti konstipasi, sindrom iritasi usus besar, hernia dan wasir.

Pada kasus yang serius, bahkan bisa menyebabkan kanker usus.

(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy, Grid.ID)



Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer