Menkes : Efek Samping Vaksin AstraZeneca Tidak Terjadi di Wilayah Sering Kena Sinar Matahari

AstraZeneca disebut menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) berupa Thrombosis Thrombocytopenia Syndrome (TTS).


zoom-inlihat foto
Vaksin-AstraZenecaflickr.jpg
flickr
Vaksin AstraZeneca


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengeklaim orang-orang yang terkena paparan sinar matahari lebih jarang mengalami efek samping dari vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.

Adapun vaksin AstraZeneca disebut menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) berupa Thrombosis Thrombocytopenia Syndrome (TTS).

"Jadi kalau kita lihat di analisa, kira-kira mana yang sensitif populasinya yang kena KIPI TTS, memang kita lihat lebih banyak di Western Country. Kalau yang Asia, Afrika, South America lebih jarang. Kita-kita yang dapat matahari kayaknya lebih jarang kena ini. Tapi kalau yang darah-darah barat lebih banyak yang terkena," ujar Budi, dalam rapat antara Komisi IX DPR dan Kemenkes di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (21/5/2024), dikutip dari Kompas.com.

Budi mengatakan, ketika seseorang mendapatkan TTS, maka ada masalah di trombosit atau pembuluh darahnya, yang mengganggu kesehatan.

Budi menyebut KIPI TTS banyak memicu kerusakan organ-organ tubuh, mulai dari otak, hati, limpa, dan usus.

Hanya saja, TTS masuk kategori sangat jarang terjadi, dengan perbandingan 1 insiden per 10 ribu orang.

Menurutnya, kejadian TTS ini juga bergantung dengan genetik masing-masing negara.

"Jadi misalnya orang Arab kalau makan kambing kolesterolnya enggak naik, beda dengan orang Indonesia makan kambing kolesterolnya naik. Karena orang Arab genetiknya beda. Sudah sering makan kambing dari zaman nenek moyangnya, sehingga sudah lebih biasa orang Arab," jelasnya.

"Sama seperti E.coli. Kalau di sini orang Indonesia jajan apa di warung-warung, enggak pernah sakit perut. Tapi kalau orang Eropa datang di sini, makan di warung, langsung mencret-mencret, sakit perut," sambung Budi.

Budi Gunadi Sadikin
Budi Gunadi Sadikin (KOMPAS.COM/ANDRI DONNAL PUTERA)

Budi menjelaskan, kejadian TTS ini lebih sering terjadi di Inggris dan Australia.

Sementara, di Indonesia dan negara-negara di Amerika Selatan belum teridentifikasi efek samping dari vaksin AstraZeneca.

Apalagi, vaksin AstraZeneca sudah tidak dipakai lagi di Indonesia sejak Oktober 2022.

Hingga kini, Budi menegaskan belum menerima informasi kasus KIPI TTS akibat vaksin AstraZeneca di Indonesia.

Dia mengatakan kasus TTS juga tidak ditemukan di negara-negara Asia lain, Afrika, dan Amerika Selatan.

"Kesimpulannya, TTS ini risikonya amat sangat jarang. Dan sudah teridentifikasi sejak awal. Jadi kalau kita lihat laporan WHO pada saat pertama kali berikan approval penggunaan AstraZeneca, itu disebut. Saya lupa, ada faktornya disebut. Bahwa ini sudah teridentifikasi, ada risiko seperti ini. Tapi risikonya ini jauh lebih kecil dibandingkan benefit-nya," katanya.

Sebelumnya, AstraZeneca dalam dokumen pengadilan mengakui bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping langka.

Raksasa farmasi tersebut diguga class action atas klaim bahwa vaksinnya yang dikembangkan bersama University of Oxford memicu kematian dan cedera serius.

AstraZeneca mengakui vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping langka.

AstraZeneca menentang klaim tersebut.

Hanya saja, dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi di Inggris pada Februari lalu, perusahaan farmasi ini menyebut vaksinnya dapat menyebabkan TTS.

"Diakui bahwa vaksin AZ, dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS. Mekanisme alasannya tidak diketahui," tulis AstraZeneca.

"Lebih jauh lagi, TTS juga bisa terjadi tanpa adanya vaksin AZ (atau vaksin apa pun). Penyebab dalam setiap kasus individu akan bergantung pada bukti ahli," lanjutnya.

Baca: Vaksin AstraZeneca

Vaksin Covid-19 AstraZeneca Ditarik Peredarannya di Seluruh Dunia

Perusahaan farmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca menarik peredaran vaksin Covid-19 di seluruh dunia, Selasa (7/5/2024).

Vaksin Covid-19 AstraZeneca ditarik beberapa bulan setelah perusahaan mengakui efek samping langka dalam dokumen pengadilan.

Dalam dokumen permohonan menyebutkan, penarikan vaksin Covid-19 AstraZeneca akan dilakukan di Inggris dan negara-negara lain yang telah menyetujui penggunaannya.

Sebelumnya, AstraZeneca juga mencabut izin edar vaksin buatannya secara sukarela. P

encabutan itu menandakan bahwa vaksin tersebut sudah tidak lagi digunakan di Uni Eropa.

Pemerintah Inggris juga menghentikan penggunaan AstraZeneca pada musim gugur 2021.

Vaksin yang sudah didistribusikan sekitar 50 juta dosis di Inggris pada akhirnya diganti dengan Pfizer dan Moderna.

Perusahaan AstraZeneca memiliki alasna, penarikan vaksin tersebut karena tidak lagi diproduksi atau dipasok lantaran telah digantikan dengan baksin terbaru yang mampu mengatasi varian Covid-19 terbaru.

Mereka menyebutkan, dengan adanya berbagai varian vaksin Covid-19 yang telah dikembangkan, ada surplus vaksin terbaru yang tersedia.

Hal tersebut menjadi penyebab penurunan permintaan untuk AstraZeneca, yang tidak lagi diproduksi atau dipasok.

"Oleh karena itu, AstraZeneca telah mengambil keputusan untuk memulai penarikan otorisasi pemasaran AstraZeneca di Eropa," tulis AstraZeneca, dikutip dari The Telegraph.

AstraZeneca kemudian membantah bahwa penarikan vaksin buatan mereka berkaitan dengan pengakuannya di pengadilan soal efek samping berbahaya dari penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Mereka justru mengatakan bahwa vaksin buatannya memiliki peran dalam mengakhiri pandemi global.

Berdasarkan perkiraan independen yang dilakukan AstraZeneca, vaksin mereka disebut berhasil menyelamatkan lebih dari 6,5 juta nyawa sejak tahun pertama digunakan.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)





BERITATERKAIT
Ikuti kami di


KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved