Mengenal Kudatuli, Peristiwa Kelam Politik Indonesia yang Jadi Awal Jatuhnya Rezim OrBa Soeharto

Kudatuli terjadi di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat


zoom-inlihat foto
kudatuli.jpg
(KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)
Keluarga korban tragedi 27 Juli bersama massa dari Forum Komunikasi Kerukunan 124, Rabu (27/7/2011), mendatangi bekas kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta, untuk memperingati 15 tahun peristiwa tersebut. Mereka mendesak Presiden menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia, termasuk tragedi 27 Juli 1996.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996 adalah salah satu sejarah kelam dalam perjalanan politik di Indonesia.

Kudatuli adalah akronim dari Kerusuhan dua puluh tujuh Juli.

Insiden  Kudatuli ini yang merenggut nyawa 5 orang dan menyebabkan 149 orang luka-luka juga 23 orang dinyatakan hilang.

Kudatuli terjadi di Kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat, seperti dilansir Kompas.

Lantas apa itu Kudatuli sebenarnya ?

Peristiwa Kudatuli atau Peristiwa 27 Juli merupakan peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat yang saat itu dikuasai oleh kubu Megawati Soekarnoputri.

Nama Peristiwa Kudatuli diambil dari akronim “Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli”.

Peristiwa Kudatuli merupakan buntut dualisme kepemimpinan di tubuh PDI.

Baca: Profil Cinta Mega, Politikus PDIP yang Dipecat dari DPRD setelah Diduga Bermain Judi Slot

Baca: PROFIL Guruh Soekarnoputra, Adik Kandung Megawati Sekaligus Anak Soekarno yang Kini Rumahnya Disita

Saat itu, penyerbuan dilakukan oleh sejumlah massa pendukung Soerjadi yang merupakan Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan sekaligus yang disokong oleh Orde Baru.

Sementara Megawati Soekarnoputri adalah Ketua Umum PDI hasil kongres Surabaya untuk periode 1993-1998.

Sebelum meletusnya tragedi berdarah Peristiwa Kudatuli, di dalam tubuh PDI memang sudah ada konflik internal.

Hal ini bermula dari bergabungnya Megawati Soekarnoputri dengan PDI pada 1987 yang membuat banyak pihak menjadi resah, terutama pemerintah Orde Baru.

Sebab saat itu keluarga Soekarno tengah menjadi korban ambisi Soeharto.

Kerusuhan PDI 27 Juli 1996 di Jakarta.(KOMPAS/ JULIAN SIHOMBING)
Kerusuhan PDI 27 Juli 1996 di Jakarta.(KOMPAS/ JULIAN SIHOMBING) ((KOMPAS/ JULIAN SIHOMBING))

Upaya de-Soekarnoisasi pun dilakukan dengan membatasi pergerakan putera-puteri Soekarno, terutama dalam pentas politik.

Saat itu, hanya ada tiga partai politik, Golkar, PPP, dan PDI yang selalu memperoleh suara paling buncit.

Ketua Umum PDI saat itu, Soerjadi kemudian menjadikan Megawati dan adiknya, Guruh Soekarnoputra sebagai pendulang suara bagi mereka yang merindukan sosok Soekarno.

Megawati kemudian menjadi anggota DPR dari PDI, siapa sangka kariernya justru melejit.

Suara PDI juga melejit pada Pemilu 1987 dan 1992, sehingga membuat penguasa menjadi resah.

Begitu juga dengan Ketua Umum PDIP, Soerjadi yang ketokohannya mulai tersaingi oleh Megawati.

Meski beberapa kali dijegal, Megawati akhirnya berhasil menjadi orang nomor satu di PDI setelah Kongres PDI di Surabaya pada 1993 memilihnya sebagai ketua umum.





Halaman
1234
BERITATERKAIT
Ikuti kami di


KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved