Kolonial Belanda menyetujui dan Tiga Serangkai tersebut diasingkan di Belanda selama enam tahun.
Ki Hadjar Dewantara Diasingkan
Ketika diasingkan di Belanda, Ki Hadjar Dewantara masuk ke Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia) sebuah organisasi yang berisi pelajar yang berasal dari indonesia.
Pada 1913 Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah pers yang bernama Indonesisch Pers-bureau (Kantor Berita Indonesia).
Di Belanda, Ki Hadjar Dewantara mempelajari ilmu pendidikan untuk mengawali impiannya yang ingin memajukan kualitas kaum pribumi.
Kemudian Ki Hadjar Dewantara berhasil mendapatkan Europeesche Akta.
Europeesche Akta ini yang membantu Ki Hadjar Dewantara untuk dapat mendirikan sebuah lembaga pendidikan di Indonesia.
Ketika Ki Hadjar Dewantara kembali ke indonesia pada 1919, Ki Hadjar Dewantara bergabung ke sekolah binaan saudaranya dan menjadi guru di sekolah tersebut.
Pengalaman mengajar yang diperoleh digunakan untuk bekal ketika akan mendirikan sekolah nanti.
Pada 1922 ketika Ki Hadjar Dewantara berusia 40 tahun menurut Tahun Caka, nama Ki Hadjar Dewantara yang semula bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat diganti menjadi Ki Hadjar Dewantara, yang kemudian dalam ejaan Bahasa Indonesia pada 1972 namanya dieja menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Pada 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah sekolah yang bernama Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa).
Sekolah ini menekankan rasa kebangsaan kepada pribumi agar memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi dan memperoleh kemerdekaan.
i(TRIBUNNEWSWIKI/Kaa)