TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kementerian Luar Negri Ukraina meminta Rusia dikeluarkan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), (27/12/2022).
Permintaan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku terbuka akan adanya negosiasi.
Selain itu, Ukraina juga meminta status Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB dicabut. Menurut Ukraina, ini terkait dengan sejumlah pertanyaan mengenai keabsahan Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Bubarnya Soviet dinilai meninggalkan permasalahan tentang HAM dan kewajiban negara itu yang belum terselesaikan.
Ukraina mengklaim Federasi Rusia mengambil alih kursi anggota tetap DK PBB dengan tanpa melewati prosedur yang dinyatakan dalam piagam PBB. Kata Ukraina, piagam saat ini tidak menyebutkan adanya "Federasi Rusia".
"Federasi Rusia tidak pernah melalui prosedur resmi untuk diakui sebagai anggota dan oleh karena itu secara ilegal telah menduduki kursi Uni Soviet dalam Dewan Keamanan PBB," demikian pernyataan Ukraina yang diunggah pada laman kementerian luar negerinya, dikutip dari Newsweek.
"Dari sudut pandang hukum dan politik, hanya ada satu kesimpulan: Rusia merebut kursi Uni Soviet dalam Dewan Keamanan PBB."
Baca: Tentara Bayaran Rusia Bantah Gunakan Senjata Kiriman Korea Utara
Ukraina turut menyinggung agresi Rusia ke Ukraina sebelum serbuan tanggal 24 Februari lalu. Menurut negara itu, Rusia telah melakukan "agresi bersenjata selama 8 tahun", termasuk aneksasi Smeenanjung Krimea.
Baca: Warga Rusia Ramai-Ramai Galang Dana untuk Tentara Putin di Ukraina
Kamudian, Ukraina menganggap aneksasi wilayah Donetsk, Zaporizhzhia, Luhansk, dan Kherson di Ukraina tidak sah karena melalui "referendum tipu-tipu". Ukraina mengutuk aneksasi itu karena "melanggar kedaulatan, integritas wilayah, dan kemerdekaan politik Ukraina".
"Tindakan Federasi Rusia berkebalikan dengan konsep 'negara yang mencintai perdamaian'," kata Ukraina.
"Keberadaannya secara ilegal di PBB selama tiga dasawarsa telah diwarnai dengan perang dan perampasan wilayah negara lain, perubahan paksa dalam perbatasan internasional yang diakui, dan upaya untuk memuaskan ambisi menyerang dan imperialisme baru."
Di sisi lain, Putin baru-baru ini mengklaim bahwa masih gagalnya gencatan senjata di antara kedua pihak adalah kesalahan Ukraina, bukan Rusia.
"Kami siap berunding dengan pihak terkait mengenai solusi yang bisa diterima, tetapi ini terserah kepada mereka, kami bukan pihak yang menolak berunding, merekalah yang menolak," kata Putin kepada TV Rossiya 1, (25/12/2022).
Baca: Rusia Diminta Gunakan Senjata Nuklir Taktis untuk Lawan Negara NATO
(Tribunnewswiki)
Baca berita lain tentang Rusia di sini.