Kisah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa: Dulu Pahlawan Kini Buronan

Gotabaya Rajapaksa sempat dianggap pahlawan perang oleh rakyat Sri Lanka.


zoom-inlihat foto
Gotabaya-Rajapaksa2.jpg
Instagram @gotabayar
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Keluarga Rajapaksa menjadi target pelampiasan warga Sri Lanka yang tidak puas atas kondisi negara mereka saat ini.

Gotabaya Rajapaksa yang menjabat sebagai Presiden Sri Lanka pun diminta mundur.

Dia bahkan memilih kabur ke Maladewa pada hari Rabu, (13/7/2022), menggunakan pesawat militer.

Sebelumnya, ada ribuan pengunjuk rasa yang menerobos masuk ke kediamannya dan memintanya meletakkan jabatan.

Dilansir dari CNN International, kepergian Rajapaksa dan beberapa anggota keluarganya menandai era baru di Sri Lanka.

Sri Lanka kini lepas dari keluarga Rajapaksa yang memerintah negara itu dengan tangan besi selama dua dasawarsa terakhir.

Baca: Gotabaya Rajapaksa

"Larinya Gotabaya Rajapaksa dari Sri Lanka dengan pesawat militer menandai [tumbangnya] keluarga ini," kata Ganeshan Wignaraja, peneliti senior di ODI Global.

"Saya pikir warisan yang ditinggalkan mereka bukan hal yang positif. Namun, orang berharap Sri Lanka akan bergerak ke arah yang baru."

Bangkitnya keluarga Rajapaksa

Gotabaya bukanlah anggota pertama keluarga Rajapaksa yang menjadi Presiden Sri Lanka.

Saudaranya yang bernama Mahinda Rajapaksa terpilih sebagai presiden tahun 2005.

Baca: Kediamannya Dikepung, Mantan PM Sri Lanka Rajapaksa Dievakuasi oleh Militer

Mirip dengan Gotabaya, Mahinda dianggap sebagai pahlawan perang bagi sebagian besar rakyat negara itu.

Pada tahun 2009 dia menyatakan kemenangan atas pemberontak Macan Tamil dalam perang saudara yang berlangsung selama 26 tahun.

Kemenangan itu membuat Mahinda sangat populer di mata rakyat Sri Lanka.

Dia bahkan dimuliakan oleh penganut Buddha Sinhala di Sri Lanka dan dijuluki Bapak Negara Sri Lanka.

Mahinda Rajapaksa dalam sebuah upacara, sebelum resmi menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, di Colombo, 11 Agustus 2020,
Mahinda Rajapaksa dalam sebuah upacara, sebelum resmi menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, di Colombo, 11 Agustus 2020, (ISHARA S. KODIKARA / AFP)

Mahinda berkuasa selama 10 tahun dan membuat pemerintahan Sri Lanka bagaikan bisnis keluarga.

Dia menunjuk saudara-saudaranya untuk menempati posisi penting dalam pemerintahan.

Gotabaya menjadi Menteri Pertahanan, Basil menjadi Menteri Pembangunan Ekonomi, dan Chamal sebagai Ketua Parlemen.

Baca: Di Tengah Krisis Besar, Sri Lanka Cegah Adik Presiden Rajapaksa Kabur ke LN

Kendati ada keluhan tentang nepotisme yang terjadi di negara itu, keluarga Rajapaksa tetap populer.

Ekonomi Sri Lanka meningkat selama bertahun-tahun karena didukung oleh pinjaman dari luar negeri.

Namun, masa keemasan ini tidak berlangsung lama.

Tudingan pelanggaran HAM

Perang saudara di Sri Lanka tidak hanya membuat Mahinda populer, tetapi juga membuatnya pemerintahannya terjerat kasus pelanggaran HAM.

Menurut laporan PBB tahun 2011, pasukan pemerintah dinyatakan bertanggung jawab atas serangan terhadap warga sipil, pemerkosaan, dan upaya menghalangi penyaluran pangan dan obat-obatan.

Namun, pemerintahan Mahinda menolak tudingan di atas.

Lawan politik Mahinda sempat menuduh Mahinda memberikan persetujuan adanya kelompok Buddha sayap kanan sehingga minoritas muslim menjadi khawatir.

Selain itu, ekonomi Sri Lanka pun mulai bermasalah. Pada tahun 2015 Sri Lanka berutang kepada Tiongkok sebesar $8 miliar.

Pejabat Sri Lanka memperkirakan jumlah seluruh utang luar negeri mencapai 94 persen PDB Sri Lanka.

Baca: Berhasil Kabur ke Maladewa, Presiden Sri Lanka Disebut Akan Pergi ke Negara Lainnya

Pada tahun itu dia kalah tipis dalam pilpres oleh mantan Menteri Kesehatan.

"Sri Lanka adalah negara demokratis dan orang-orang terkejut dengan upaya kronisme sebesar itu," kata Wignaraja.

"Kombinasi [nepotisme] ini dan pengelolaan ekonomi yang salah ... rakyat kecewa telah memilih orang-orang itu."

Pada tahun 2019 militan Islam dilaporkan membunuh setidaknya 290 orang dalam serangkaian pengeboman.

Rakyat Sri Lanka kemudian kembali mengandalkan keluarga Rajapaksa yang terbukti bisa mengamankan negara itu.

Gotabaya kemudian terpilih sebagai presiden. Sama seperti Mahinda, Gotabaya memerintah Sri Lanka bagaikan menjalankan bisnis keluarga.

Namun, pemerintahan Gotabaya tidak bisa menangani masalah ekonomi.

Sri Lanka bergantung pada pinjaman luar negeri untuk mendanai layanan untuk masyarakat.

Selain itu, kondisi ekonomi diperburuk dengan adanya bencana alam.

Baca: Ekonomi Sri Lanka Disebut Telah Runtuh Sepenuhnya, Berharap Bantuan IMF

Demi menstimulasi ekonomi, Gotabaya memutuskan mengurangi pajak. Namun, itu justru mengganggu pendapatan negara.

Sri Lanka terpaksa menggunakan cadangan devisanya untuk membayar utang. Ini berdampak terhadap impor BBM dan harga pun melonjak.

Negara berpenduudk 22 juta jiwa itu dilanda krisis BMM yang amat parah.

Rakyat Sri Lanka mulai berunjuk rasa di jalanan. Aksi protes itu awalnya berjalan damai, tetapi kemudian disertai kerusuhan pada bulan Mei.

Mahinda yang saat itu menjadi Perdana Menteri terpaksa meletakkan jabatannya.

Namun, keluarga Rajapaksa belum sepenuhnya diusir dari pemerintahan karena Gotabaya masih berkuasa.

Gotabaya awalnya tidak ingin keluarga Rajapaksa kehilangan kekuasaan.

Namun, dia tidak punya pilihan lain karena makin banyak orang yang berunjuk rasa hingga menerobos kediamannya.

Pada akhirnya dia memutuskan kabur ke Maladewa, meninggalkan negaranya yang ditimpa krisis ekonomi.

Baca: Stok BBM Nasional Hanya Bertahan 5 Hari Lagi, Kendaraan di Sri Lanka Terancam Mogok

(Tribunnewswiki)

Baca berita lain tentang Sri Lanka di sini

 





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved