Sebagian strict parents lebih fokus pada nilai akademik anak daripada lainnya.
Mereka hanya memandang nilai sekolahlah yang berguna bagi masa depan anaknya.
Anak bahkan sulit untuk membagi waktu dengan kegiatan lainnya, seperti bermain dan belajar lainnya.
Padahal, bermain dapat menjadi rutinitas untuk menyegarkan pikiran anak.
Adapun, beberapa akibat atau masalah yang ditimbulkan dari pola asuh strict parents di antaranya sebagai berikut.
1. Tingkat percaya diri yang rendah
Menurut sebuah penelitian, mereka yang memiliki orangtua strict parents merasa mempunyai kepercayaan diri yang rendah, lebih sedikit inisiatif dan ketekunan dibandingkan dengan yang lain.
2. Kenakalan
Adanya sikap otoriter dari orangtua dalam membesarkan anaknya, membuat sang anak bersikap tidak sopan dan nakal. Bahkan, anak-anak yang orang tuanya ketat tidak melihat orang tuanya sebagai figur otoritas yang sah.
Karena itu, mereka cenderung tidak mengikuti aturan mereka dan lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam perilaku nakal.
3. Depresi
Anak-anak hasil dari pola asuh strict parents biasanya merasasa diabaikan perasaannya. Hal itu lebih mungkin untuk mengembangkan depresi dan kecemasan.
4. Bullying
Anak-anak dari strict parents memungkinkan menjadi pelaku bullying atau korban bully karena kepercayaan dirinya yang lebih rendah serta dapat menjadi target yang lebih mudah bagi para pengganggu.
5. Masalah perilaku
Sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8 hingga 10 tahun menunjukkan bahwa mereka yang memiliki orang tua otoriter memiliki masalah perilaku yang paling banyak.
Mereka menunjukkan perilaku yang lebih menantang, hiperaktif, agresi, dan perilaku antisosial.
Mereka juga memiliki lebih banyak masalah emosional dan menunjukkan lebih sedikit perilaku prososial.
Baca: ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder)
Baca: ISTP (Introvert, Sensing, Thinking, Persepsi)
6. Masalah dengan pengaturan diri
Sebuah penelitian di University of Georgia menemukan bahwa anak-anak yang orang tuanya keras lebih cenderung bertingkah.