TRIBUNNEWSWIKI.COM - Studi menunjukkan serangan siber Rusia yang dilancarkan pada awal invasi banyak yang berakhir dengan kegagalan.
Bahkan, dua pertiga atau 75 persen dari serangan siber Rusia dilaporkan gagal menuai hasil.
Kendati demikian, studi ini mengungkap bahwa jumlah serangan siber yang dilakukan Rusia ternyata lebih banyak daripada yang diperkirakan.
Studi terbaru ini diterbitkan oleh Microsoft pada hari Rabu, (22/6/2022), dan turut melibatkan sejumlah pihak, termasuk intelijen Amerika Serikat (AS).
Kegagalan serangan itu menunjukkan bahwa Ukraina telah mempersiapkan diri untuk menghadapi "perang di udara".
Dilansir dari The New York Times, Ukraina sendiri sudah berpengalaman menghadapi serangan siber Rusia selama bertahun-tahun.
Selain itu, Ukraina turut terbantu oleh sistem peringatan yang bagus dari berbagai perusahaan swasta, termasuk Microsoft dan Google.
Baca: Microsoft: Hacker Rusia Sudah Jalankan Operasi Siber di Ukraina Setahun sebelum Invasi
Diperkirakan hanya 29 persen serangan siber yang berhasil menembus target jaringan yang berada di Ukraina, AS, Polandia, dan negara-negara Baltik.
Perang di Ukraina dinggap sebagai perang pertama berskala penuh yang mengombinasikan perang fisik dengan senjata siber oleh kedua belah pihak.
Namun, perang siber tampaknya belum berdampak secara signifikan dalam perang ini.
Ketika invasi dimulai, para pakar dan pejabat pemerintah merasa aneh karena tidak ada serangan siber yang melumpuhkan sistem kelistrikan dan komunikasi di Ukraina.
Baca: Joe Biden Peringatkan Kemungkinan Serangan Siber Rusia, Minta Perusahaan AS Siaga
Hal ini turut dipertanyakan oleh pakar siber AS, Chris Inglis.
Dia bertanya-tanya mengapa Rusia tidak membuat perkembangan besar dalam serangan siber, setidaknya yang menargetkan NATO dan AS.
Dia menduga hal ini karena Rusia berpikir bakal mendapatkan kemenangan cepat pada Februari lalu.
Microsoft melaporkan Rusia sempat melakukan serangan siber besar pada tanggal 23 Februari 2022 atau sehari sebelum invasi.
Serangan itu menggunakan malware bernama FoxBlade dan bertujuan melenyapkan data di jaringan pemerintah.
Kira-kira pada waktu yang sama, Rusia menyerang satelit komunikasi Viasat milik Ukraina agar bisa melumpuhkan militer Ukraina.
Baca: Joe Biden dan Vladimir Putin Bertemu: Bicarakan Duta Besar, Keamanan Siber, hingga Senjata Nuklir
Namun, banyak serangan siber Rusia yang gagal atau hanya menimbulkan kerusakan kecil.
Baca: Para Hacker Dipanggil, Ukraina Bentuk Tentara IT untuk Lawan Serangan Siber Rusia
Meski demikian, Presiden Microsoft Brad Smith mengatakan ada banyak serangan yang tidak terlaporkan.
Smith mengatakan Rusia menggunakan kombinasi serangan fisik dan siber.