TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang editor senior TV pemerintah Rusia, Russian Today (RT), mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin lebih suka melakukan perang nuklir daripada menerima kekalahan di Ukraina.
Margarita Simonyan, nama editor itu, menyampaikannya melalui TV Rabu malam, (27/4/2022), lalu.
Menurutnya, Putin kemungkinan besar akan lebih memilih mengerahkan senjata nuklir daripada mengaku kalah.
Sebelumnya, Rusia sempat memperingatkan Barat tentang konsekuasi yang muncul apabila ikut campur dalam urusannya di Ukraina.
"Kita kalah di Ukraina atau Perang Dunia Ketiga dimulai. Saya pikir Perang Dunia Ketiga lebih realistis, mengingat [sifat] pemimpin kami," kata Simonyan dikutip dari The Independent.
"Bagi saya, bahwa semua ini akan berakhir dengan serangan nuklir tampak lebih mungkin daripada peristiwa lainnya."
"Di satu sisi, ini menjadi ketakutan saya. Namun, di sisi lain itulah kenyataan."
Baca: Politikus AS: Jika Ukraina Terus Menang, Putin Mungkin Bakal Gunakan Senjata Nuklir
Ucapan Simonyan terkait dengan komentar Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov baru-baru ini.
Lavrov mengatakan ancaman perang nuklir tidak boleh diremehkan.
"Ini posisi penting kita yang menjadi dasar segalanya bagi kita. Risikonya sekarang besar," kata Lavrov melalui TV.
"Saya tidak ingin meningkatkan risiko ini dengan intevensi. Banyak yang akan menyukainya. Bahaya ini serius, nyata. Dan kita tidak boleh meremehkannya.
Ancaman nyata
Sergey Lavrov mengatakan ancaman perang nuklir itu nyata dan tak bisa diremehkan.
Kendati demikian, Lavrov menyebut Rusia berusaha menurunkan risiko meletusnya perang nuklir.
"Itu [perang nuklir] nyata dan tidak bisa diremehkan," kata Lavrov dalam sebuah wawancara yang ditayangkan di televisi, (25/4/2022), dikutip dari CNN Internasional.
Baca: Di Tengah Konflik Ukraina, Menlu Rusia: Ancaman Perang Nuklir Itu Nyata, Tak Bisa Diremehkan
Dia kemudian mengingatkan adanya deklarasi bersama antara Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.
Kedua pemimpin itu sepakat bahwa perang nuklir tidak boleh terjadi dan tidak boleh diupayakan terjadi.
Menurut Lavrov, penolakan akan adanya perang nuklir tetap menjadi salah satu prinsip yang dipegang Rusia.
Dia menyebut negara-negara Barat bisa disalahkan atas adanya krisis politik dan kekhawatiran yang terjadi saat ini.
Selain itu, kata dia, Barat tidak bersedia percaya kepada Rusia.