Mengaku Malu Berperang di Ukraina, Tentara Rusia: 'Kita Semua Akan Dihakimi'

Ketika diwawancarai, tentara Rusia yang ditawan mengatakan Vladimir Putin telah "memerintahkan untuk melakukan kejahatan".


zoom-inlihat foto
Kharkiv-serangan-rusia-ke-ukraina.jpg
Sergey BOBOK / AFP
ILUSTRASI - Pemandangan alun-alun di luar balai kota Kharkiv yang rusak pada 1 Maret 2022, hancur akibat penembakan pasukan Rusia.


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sejumlah tentara Rusia yang kini ditawan mengaku malu dan menginginkan perang di Ukraina segera berakhir.

Mereka mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah "memerintahkan untuk melakukan kejahatan".

"Saya ingin berkata kepada komandan tertinggi kami untuk menghentikan aksi teror di Ukraina karena ketika kami kembali, kami akan menentang dia," kata salah satu tawanan dikutip dari CNN, (16/3/2022).

"Kejahatan yang kita lakukan; kita semua akan dihakimi."

Beberapa tawanan perang telah dimunculkan dalam konferensi pers yang digelar oleh pemerintah Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan ada 600 tentara Rusia yang kini ditawan oleh Ukraina.

Dalam wawancara dengan CNN, tiga pilot Rusia mengungkapkan pendapat mereka tentang perang di Ukraina saat ini.

Menurut CNN, ketiganya tidak dalam posisi ditekan dalam mengungkapkan pendapat mereka.

Baca: Zelenskiy Desak Tentara Rusia Menyerah: Kami Memberi Kalian Kesempatan untuk Hidup

Gambar selebaran yang dirilis di halaman Facebook Kementerian Dalam Negeri Ukraina pada 1 Maret 2022 memperlihatkan asap yang muncul setelah serangan rudal yang menargetkan pusat televisi ibu kota Ukraina di Kyiv.
Gambar selebaran yang dirilis di halaman Facebook Kementerian Dalam Negeri Ukraina pada 1 Maret 2022 memperlihatkan asap yang muncul setelah serangan rudal yang menargetkan pusat televisi ibu kota Ukraina di Kyiv. (UKRAINIAN INTERIOR MINISTRY PRESS SERVICES / AFP)

Wawancara itu dilakukan dalam bahasa Rusia dan para tawanan duduk tenang di atas kursi.

Tangan mereka tidak diborgol dan mereka bertiga duduk mengelilingi sebuah meja di dalam ruang wawancara.

"Perlakuan [dari pihak Ukraina] dapat diterima. Mereka memberi kami makanan dan minuman. Mereka memberi kami perawatan kesehatan," kata salah satu pilot bernama Maxim.

Menurut mereka, perang di Ukraina saat ini bukanlah perang yang mereka inginkan, dan mereka ingin pulang.

Bahkan, mereka juga mengucapkan kata-kata kasar untuk presiden mereka yang menjadi komandan tertinggi angkatan perang Rusia, Vladimir Putin.

Pernyataan ini seolah menunjukkan bahwa memang ada masalah moral yang dialami para tentara Rusia di Ukraina.

Sebelumnya, seorang pejabat AS sempat mengatakan sejumlah satuan tempur Rusia terlihat tidak bersemangat.

Baca: Elon Musk Tantang Vladimir Putin Duel Satu Lawan Satu, Ukraina Sebagai Taruhannya

Maxim mengatakan baru menerima "perintah rahasia untuk bertempur" sehari sebelum Putin mengumumkan adanya "operasi militer khusus" di Ukraina.

Mereka kemudian ditanyai pendapat tentang klaim Putin bahwa Ukraina kini diperintah oleh neo-Nazi.

"Saya pikir itu dibuat sebagai dalih dan sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh dunia," kata Mazim.

Menurutnya, informasi yang keliru tentang fasisme dan Nazisme sengaja disebarkan oleh Putin untuk mendukung tindakannya di Ukraina.

"Kami tidak melihat satu pun Nazi atau fasis. Orang Rusia dan Ukraina bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sama, jadi kami bisa melihat kebaikan [pada diri orang-orang ini]," kata Maxim.





Halaman
12
BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved