TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang pejabat penegak hukum di Kazakhstan mengatakan korban jiwa dalam aksi demonstrasi besar-besaran di negara itu mencapai 225 orang per Sabtu (15/1/2022)
Jumlah ini jauh lebih besar daripada yang sebelumnya diumumkan oleh pihak berwenang, yakni 164 orang.
Serik Shalabayev, nama pejabat tersebut, mengatakan sebanyak 19 orang polisi termasuk di antara para korban tewas.
Sementara itu, dikutip dari Associated Press, (16/1/2022), jumlah korban luka dilaporkan mencapai lebih dari 4.300 orang.
Unjuk rasa besar-besaran di Kazakhstan telah berlangsung sejak 2 Januari yang lalu. Aksi itu dipicu oleh kenaikan tinggi harga bahan bakar.
Unjuk rasa kemudian meluas ke seluruh negara bekas Uni Soviet itu dan berujung ricuh.
Para demonstran memprotes pemerintah yang dinilai otoriter.
Di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan, demonstran dilaporkan menyerbu gedung pemerintahan dan membakarnya.
Baca: Pasukan Perdamaian Rusia Dikirim ke Kazakhstan, AS: Apakah Benar ke Sana karena Diundang?
Rusia kirimkan pasukan
Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama (CSTO) telah mengirimkan pasukannya untuk membantu menghentikan kekacauan akibat demosntrasi.
Pasukan penjaga perdamaian itu dipimpin oleh Rusia dan dilaporkan berjumlah sekitar 2.500 personel.
Mengenai kedatangan pasukan ini, Presiden Kazakhstan Kassum-Jomart Tokayev mengatakan memang telah memanggil aliansi militer eks negara-negara Soviet.
Tokayev mengatakan kerusuhan ini disebabkan oleh teroris yang dilatih dari luar negeri dan telah menguasai persenjataan dan sejumlah gedung.
"Ini adalah serangan terhadap warga kita, yang meminta saya ... untuk segera membantu mereka," kata Tokayev dikutip dari Reuters, (7/1/2022).
Baca: Rusia Kirim Pasukan untuk Bantu Padamkan Kerusuhan Besar di Kazakhstan
Sementara itu, Rusia mengatakan akan berkonsultasi dengan Kazakhstan dan sekutunya untuk membantu Kazakhstan melawan "operasi teroris".
Rusia juga mengulang kembali pernyataan Tokayev yang menyebutkan bahwa sumber kerusuhan berasal dari luar negeri.
Di pihak lain, Amerika Serikat (AS) mempertanyakan pengiriman pasukan penjaga perdamaian Rusia.
Pihak Gedung Putih bertanya-tanya apakah pengiriman itu memang karena ada undangan resmi dari Kazakhstan.
"Kami dengan teliti sedang memantau laporan bahwa CSTO mengirimkan pasukan penjaga perdamaian gabungan ke Kazakhstan," kata Jubir Gedung Putih Jen Psaki dikutip dari Reuters.
"Kami punya pertanyaan tentang permintaan [pengiriman] ini dan apakah undangan resmi atau tidak. Saat ini kami tidak tahu."