TRIBUNNEWSWIKI.COM - Setelah terlepas ke udara selama 20 menit, virus corona kehilangan 90 persen kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Ini ditunjukkan melalui eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana virus itu bertahan di udara yang diembuskan.
Hasil temuan ini menegaskan kembali bahwa jarak yang dekat antarindividu sangat berpengaruh dalam penyebaran Covid-19.
Oleh karena itu, menjaga jarak dan memakai masker dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk mencegah penularan.
Selain itu, adanya ventilasi untuk pertukaran udara juga berguna mengurangi risiko penyebaran.
"Risiko terbesar terpapar [virus corona] adalah ketika Anda dekat dengan seseorang," kata Prof. Jonathan Reid, ilmuwan dari Universitas Bristol di Inggris dan peneliti dalam eksperimen itu, dikutip dari The Guardian, (12/1/2022).
"Jika Anda berjarak lebih jauh, tidak hanya aerosolnya yang menjadi lemah, tetapi juga virus menjadi kurang menular karena virus telah kehilangan kemampuan menginfeksi [seiring berjalannya waktu]."
Baca: WHO: Belum Pernah Ada Varian Corona Lain yang Menyebar Secepat Omicron
Baca: Dilanda Varian Omicron, Australia Laporkan Setengah Juta Kasus Covid-19 dalam Sepekan
Hingga kini dugaan tentang berapa lama virus corona bisa bertahan di dalam percikan ludah di udara didasarkan pada penelitian yang melibatkan penyemprotan virus ke dalam wadah tertutup yang disebut tabung Goldberg.
Tabung Goldberg diputar untuk menjaga percikan kecil itu tetap berada di udara.
Menggunakan metode itu, para peneliti dari Amerika Serikat (AS) mendapati bahwa virus, yang masih bisa menginfeksi, tetap terdeteksi setelah 3 jam.
Namun, eksperimen seperti itu tidak bisa digunakan untuk menganalogikan secara akurat tentang penyebaran yang terjadi ketika seseorang batuk atau bernapas.
Oleh karena itu, para peneliti dari Universitas Bristol mengembangkan sebuat alat yang memungkinkan mereka membuat sejumlah partikel bermuatan virus melayang-layang dengan lembut.
Partikel itu melayang di antara dua cincin listrik dan dilakukan antara 5 hingga 20 menit.
Dalam eksperimen itu, mereka juga mengontrol suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya ultraviolet di sekelilingnya.
Baca: Kontak Erat Pasien Varian Omicron, Ini yang Harus Dilakukan
Baca: WHO: Infeksi akibat Omicron Mungkin Tidak Parah, tetapi Tidak Masuk Kategori Ringan
Didapati bahwa partikel virus yang meninggalkan paru-paru akan cepat kehilangan kelembapan dan mengering.
Kemudian, virus itu akan segera berada di lingkungan dengan tingkat karbon dioksida yang lebih rendah sehingga pH akan meningkat cepat.
Hal-hal di atas akan mengurangi kemampuan virus untuk menginfeksi sel manusia.
Namun, kecepatan partikel mengering berbeda-beda tergantung kelembapan relatif dari udara sekitarnya.
(Tribunnewswiki)
Baca berita lainnya tentang virus corona di sini