Pengakuan eks Pasukan Cakrabirawa Saat G30S/PKI : Letkol Untung Pamit Mau Culik Jenderal ke Soeharto

Ia merasa terjebak dalam pusaran politik yang memutar nasibnya dari seorang patriot terhormat menjadi pesakitan pengkhianat negara.


zoom-inlihat foto
Ishak-Bahar-87-eks-Pasukan-Batalyon-Cakrabirawa.jpg
KOMPAS.COM/M Iqbal Fahmi
Ishak Bahar (87), eks Pasukan Batalyon Cakrabirawa yang saat ini bermukim di Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.


Setelah 14 hari, Ishak dan sejumlah anggota Cakrabirawa dipindah ke Salemba hingga menghabiskan 13 tahun lamanya dalam jeruji besi tanpa mendapat peradilan yang semestinya.

“Banyak yang mati karena makanan ngga cukup, banyak juga yang mati karena disiksa. Temen-temen saya (Cakrabirawa) sudah habis, di sel banyak yang mati, dibebaskan apalagi, sudah,” kata Ishak.

Ishak akhirnya dibebaskan pada 28 Juli 1977 bebarengan dengan ratusan ribu tahanan politik yang lain.

Namun, Ishak masih harus dihadapkan dengan stigma masyarakat setelah dinyatakan bebas.

“Masyarakat tahunya saya militer, ya pada heran kenapa Pak Ishak itu anak ulama sampai ditahan di situ sebabnya apa, wong saya jebolan pondok pesantren. Jadi saya ditahan karena PKI, orang ya heran, apa sebabnya,” katanya.

Seperti bekas tapol yang lain, Ishak juga kesulitan mencari pekerjaan yang layak di lembaga formal, hingga membuatnya kerja serabutan untuk bertahan hidup.

“Umur saya baru 40-an lah waktu itu, kerja jadi buruh mencangkul, buruh menek kelapa, jual ayam, jual sayuran, jual dedak, dipikul,” katanya.

Baca: Film G30S/PKI Dinilai Cacat Fakta dan Drama, Ahli Sejarah UGM: Tak Ada Bukti Penyiksaan Jenderal

Baca: Kisah di Balik G30S: Peran Ahmad Yani dan Kronologi Tewas di Tangan PKI

Hingga kini, setiap kepingan memori tentang peristiwa malam 30 September masih lekat di kepalanya.

Semuanya seperti mimpi buruk baginya.

“Kita-kita orang enggak tahu, militer si ya, orang militer kan enggak berpolitik, belajar politik saja enggak, jadi ngertinya karena PKI,” ungkapnya.

“Jadi bagi saya, kejadian itu (G30S) seperti kejadian kemarin, masih ingat semua, masih membayang. Saya baca bukunya Soeharto itu banyak, paling berat melanggar Hak Asasi Manusia (HAM),” pungkas Ishak.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/PUTRADI PAMUNGKAS)

SIMAK ARTIKEL SEPUTAR G30SPKI DI SINI





BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved