Tradisi Lompat Batu

Lompat Batu merupakan tradisi yang berasal dari Suku Nias. Tradisi ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki.


zoom-inlihat foto
tradisi-lompat-batu.jpg
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
Tradisi Lompat Batu (Fahombo) menjadi ciri khas masyarakat Suku Nias

Lompat Batu merupakan tradisi yang berasal dari Suku Nias. Tradisi ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COMFahombo batu atau lebih dikenal dengan nama Lompat Batu merupakan tradisi yang berasal dari Suku Nias.

Tradisi yang menjadi ciri khas masyarakat di Pulau Nias ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki dengan melompati batu yang tingginya mencapai 2 meter dengan ketebalan batu 40 sentimeter.

Tidak semua masyarakat Suku Nias melakukan tradisi ini, melainkan hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Nias Selatan, khususnya di daerah Teluk Dalam.

Hal itu dikarenakan adanya perbedaan budaya nenek moyang masyarakat Nias.

Pemuda yang berhasil melompati batu tersebut, dianggap sudah matang dan menjaadi pembela kampungnya jika terdapat konflik dengan warga desa lain.

Sejak usia 7 tahun, pemuda masyarakat Nias sudah dilatih untuk melakukan tradisi tersebut.

Mereka berlatih dengan melompati tali yang tingginya terus bertambah sesuai usia.

Menurut kepercayaan masyarakat Nias, terdapat unsur magis yaitu seseorang yang berhasil melompati batu dengan sempurna, maka mereka sudah diberkati oleh roh leluhur dan para pelompat batu sebelumnya yang telah meninggal.

Biasanya, dalam tradisi lompat batu, para pemuda mengenakan pakaian seperti pejuang Nias dan meminta izin kepada tokoh adat agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. (1)

Baca: Tradisi Nganggung Dulang

  • Sejarah #


Sejarah Lompat Batu berawal dari adanya konflik antar daerah saat Nias masih menjadi kerajaan.

Saat terjadinya konflik teritorial, mereka harus memanjat penghalang tinggi untuk sampai ke benteng pihak lain.

Para prajurit kerajaan harus dapat melewati tumpukan batu yang tingginya mencapai 2 meter.

Hal itu bertujuan supaya prajurit dapat melakukan perang dan melewati benteng musuh yang sudah dipagari oleh kayu, bambu dan bebatuan besar.

Bukan hanya itu saja, tradisi ini juga sebagai pembuktian kedewasaan seseorang.

Jika seorang pemuda berhasil melompati batu, artinya ia sudah dapat dikatakan menjadi sosok yang dewasa dan sepenuhnya berkembang secara fisik. (2)

ILUSTRASI - Seorang pria melakukan tradisi Lompat Batu
ILUSTRASI - Seorang pria melakukan tradisi Lompat Batu (Warta Kota/henry lopulalan)

Baca: Tradisi Nyorong

  • Nilai-nilai dalam tradisi #


Tradisi lompat batu memiliki dan mengandung nilai-nilai, di antaranya:

-Nilai Kehidupan

Tradisi lompat batu mengandung nilai kehidupan yang dapat diamati dalam perkembangan karakteristik yang menentukan kedewasaan seseorang untuk menjalani hidup, terutama pria.

Seorang pria yang berhasil melewati batu tersebut, ia sudah dianggan dewasa secara fisik dan akan menjadi samu’i mbanua atau la’imba hor, jika terjadi konflik dengan daerah lain.

Jika seorang pemudia berhasil melakukan tradisi tersebut, keluarganya akan menyembelih banyak hewan sebagai tanda terima kasih atas prestasinya.

-Nilai Budaya

Fahombo atau lompat batu masih menjadi tradisi penting bagi masyarakat Nias.

Tradisi tersebut juga merupakan rasa terima kasih kepada leluhur masyarakat Suku  Nias.

Tradisi Lompat Batu Nias telah berkembang menjadi ritual untuk menampilkan kedewasaan anak-anak setempat.

-Nilai Kebersamaan

Anggota komunitas biasanya berkumpul untuk mengamati dan terlibat dalam tradisi ini setiap tahunnya. (2)

Baca: Tradisi Mekotek

(TribunnewsWiki.com/Atika)



Nama Fahombo (Lompat Batu)
Asal Suku Nias
Provinsi Sumatera Utara
Tinggi batu 2 meter
   


Sumber :


1. warisanbudaya.kemdikbud.go.id
2. www.celotehpraja.com


BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved