Tradisi Nyorong

Tradisi Nyorong merupakan tradisi khas Sumbawa yang dilakukan sebagai suatu prosesi menghadapi pernikahan.


zoom-inlihat foto
tradisi-nyorong-sumbawaa.jpg
sumbawatourism.com
Rombongan ibu-ibu pengantar calon mempelai laki-laki menuju rumah calon mempelai perempuan, yang dilakukan dalam tradisi Nyorong khas Sumbawa.

Tradisi Nyorong merupakan tradisi khas Sumbawa yang dilakukan sebagai suatu prosesi menghadapi pernikahan.




  • Informasi Awal #


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tradisi Nyorong merupakan tradisi khas daerah masyarakat suku Samawa di Sumbawa.

Tradisi ini merupakan suatu prosesi menghadapi pernikahan atau perkawinan dua pasangan.

Tradisi nyorong berlangsung setelah beberapa rangkaian adat lain dilaksanakan seperti bajajag, bakatoan, basaputis, dan bada’.

Maka setelah beberapa prosesi diatas dilaksanakan, barulah acara nyorong berlangsung.

Bagi masyarakat Sumbawa, nyorong sangat penting, sebagai tanda penghormatan kaum laki-laki terhadap wanita yang akan dinikahinya.

Pada umumnya, nyorong merupakan proses hantaran dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan, biasanya diiringi dengan kesenian khas Sumbawa Ratib Rabana ode dan Rabalas Lawas.

Barang-barang yang menjadi pokok pada proses nyorong ini merupakan sejumlah barang yang sudah ditetapkan oleh kedua belah pihak pada saat basaputis (penentuan jawaban pihak wanita).

Misalnya, Pipis Belanya (sejumlah uang belanja) kemudian Isi Peti (berupa emas perhiasan) Isi Lemari (pakaian si gadis, mulai dari sandal hingga sanggul rambut) dan Soan Lemar (berupa beras, gula, minyak, kayu bakar dll termasuk kerbau atau sapi).

Semua ini akan gunakan untuk menopang prosesi perkawinan yang dilaksanakan ditempat mempelai wanita. (1)

Baca: Tradisi Mekotek

Baca: Upacara Rambu Solo

  • Pelaksanaan #


Upacara Nyorong merupakan salah satu prosesi dari serangkaian prosesi pernikahan di tanah Sumbawa (Tau Samawa).

Prosesi Nyorong ini dilakukan setelah prosesi lamaran atau dalam bahasa lokal sumbawa disebut Bekatoan.

Nyorong ini berlangsung dimana pihak laki-laki beserta keuarga mendatangi pihak perempuan kemudian menyampaikan niat dan tujuannya melamar sang perempuan.

Kemudian setelah prosesi tersebut di teruskan dengan acara Basaputis (memutuskan).

Di dalam acara Basaputis ini, prosesi nyorong dan pernikahan di tentukan.

Acara Nyorong merupakan prosesi dimana mempelai pria mengantarkan seserahan berupa barang-barang yang sudah disepakati dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan.

Barang-barang tersebut merupakan kelengkapan untuk upacara pernikahan baik untuk acara nikah ataupun acara resepsi (besai).

Barang-barang yang di bawa dari keluarga mempelai pria tersebut berupa bahan pokok makanan, perlengkapan jajan-jajanm pakaian, ternak (sapi), dan lain-lain.

Selain itu barang-barang yang dibawa berupa kelengkapan untuk kehidupan sehari-hari pengantin dalam berumah tangga seperti lemari, kasur, dan lain-lain.

Perbedaan prosesi Nyorong dengan prosesi seserahan pada umumnya adalah tradisi adat ini dilakukan dengan cara ramai-ramai beserta rombongan dan tokoh masyarakat.

Umumnya, orang-orang yang terlibat dalam tradisi ini menggunakan pakaian adat setempat.

Nyorong biasanya diiringi dengan alat musik tradisional khas masyarakat adat Sumbawa seperti suling, gong, genang, dan lainnya.

Ibu-ibu menyambut keluarga besar dari pihak laki-laki dengan suara hentakan lesung panjang atau yang disebut rontok.

Hentakan-hentakan tersebut membentuk irama merdu yang siap menyambut rombongan dari keluarga mempelai laki-laki.

Ketika pihak mempelai laki-laki tiba di tempat mempelai perempuan, biasanya ditahan dulu sebelum masuk.

Kemudian salah satu dari mereka (tokoh masyarakat) harus melantunkan lawas atau rabalas lawas dengan pihak perempuan.

Hal ini bertujuan untuk memunculkan suasana keakraban dari kedua belah pihak.

Setelah itu di lanjut dengan acara penyerahan barang-barang yang dibawa oleh rombongan dari mempelai pria kepada pihak keluarga mempelai perempuan. (2)

  • Keunikan Tradisi Nyorong #


Pihak mempelai laki-laki yang membawa barang hantaran tersebut datang berbondong-berbondong kepada pihak mempelai wanita, dengan diiringi kesenian khas Sumbawa Ratib Rabana Ode.

Begitupun dengan pihak mempelai wanita, menyambut kedatangan rombongan mempelai laki-laki dengan rombongan yang ramai pula.

Pada saat prosesi nyorong berlangsung disinilah bahasa-bahasa puitis sumbawa dirangkai menjadi bait pantun yang indah atau Lawas Samawa.

Lawas biasanya dilantunkan oleh kedua belah pihak secara bergantian yang disebut dengan rabalas lawas.

Isi dari lawas tersebut merupakan kata sambutan dari masing-masing pihak atas kebahagiannya menikahkan putra-putri mereka.

Contohnya lantunan lawas dari pihak laki-laki biasanya:

Ka mu pesan kami datang ( kau pesan kami datang )

Ola berau kami langan si ( jalan berdebu kami lalui )

Totang jangi ke darana (ingat janji dengan si gadis )

Setelah itu, lawas tersebut dibalas kembali oleh pihak wanita sebagai jawaban dari lawas pihak laki-laki:

Ngibar piyo ling lawang ta ( burung berkibar depan pintu )

Pasamada kanatang sia ( memberitahukan akan kedatangan saudara )

Tutu lampa ka ling tutu ( benar juga kata terucap )

Jadi selain sebagai prosesi hantaran, nyorong juga merupakan salah satu ajang silaturrahmi, karena pada saat nyorong berlangsung banyak orang yang dilibatkan.

Termasuk keluarga jauh pun diundang untuk menghadiri prosesi nyorong ini, sembari memperkenalkan diri kepada calon keluarga barunya. (3)

Baca: Suku Tidung

Baca: Tradisi Sungkeman

  • Makna Filosofis #


Selain itu ada pula simbol-simbol yang mengandung falsafah dari upacara Nyorong ini.

Pihak laki-laki biasanya melengkapi rombongan mereka dengan beberapa batang tebu yang melambangkan keperkasaan seorang laki-laki.

Sedangkan dirumah calon pengantin wanita biasanya akan terlihat sebatang pohon pisang.

Hal tersebut sesuai dengan simbol sebuah nasehat khas Sumbawa yakni:

Mara Punti Gama Untung (contohilah daun pisang )
Den Kuning No Tenri Tana (daun menguning tak tersentuh tanah 
Mate Bakolar Ke Lolo (sampai matipun tetap bersama )

Dari sebatang pohon pisang tersebut diharapkan kedua mempelai mampu meneladaninya dalan membangun rumah tangga yang sakinah.

Karena pisang walaupun daunnya menguning tetap menetap dipohonnya, tak tersentuh tanah, sampai matipun tetap bersama.

Begitulah Lawas-Lawas Samawa sangat erat dengan makna-makna filosofi yang hingga kini masih menjadi bagian dari kehidupan masarakat Sumbawa. (4)



Asal Sumbawa
Arti Tradisi Tradisi seserahan pernikahan
Nama Tradisi Tradisi Nyorong
   


Sumber :


1. asmulyanti.blogspot.com
2. www.insidesumbawa.com


BERITATERKAIT
Ikuti kami di
KOMENTAR

ARTIKEL TERKINI

Artikel POPULER

© 2025 tribunnnewswiki.com,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved