Informasi Awal #
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Mangkunegara IX atau yang memiliki nama panjang Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX merupakan putra kedua dari Mangkunegara VIII yang lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 18 Agustus 1951.
Ketika remaja, ia bernama Gusti Pangeran Haryo (GPH) Sudjiwo Kusumo atau memiliki sebutan awam yaitu "Gusti Jiwo".
Mangkunegara IX merupakan mantan menantu dari presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang pernah menikah dengan Sukmawati Soekarnoputri, sebelum akhirnya bercerai.
Penobatan G.P.H. Sujiwakusuma dalam sejarah Mangkunegaran merupakan yang pertama kali di Republik Indonesia, setelah para pendahulunya yang dinobatkan di bawah pemerintahan VOC maupun Hindia Belanda.
GPH. Sujiwakusuma menjadi putra mahkota menggantikan kakaknya, K.P.A. Prabu Kusumo-B.R.M. Radityo yang wafat dan dilantik menjadi Adipati di Mangkunegaran sebagai Adipati yang ke IX.
Mangkunegara IX menghembuskan napas terakhirnya di Jakarta pada tanggal 13 Agustus 2021, pukul 02.50 WIB dini hari, di usianya yang menginjak 69 tahun. (1)
Baca: Puro Mangkunegaran
Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Mangkunegara I (Raden Mas Said)
Biografi #
Ketika masih remaja, Mangkunegara IX menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Surakarta.
Memiliki ketertarikan terhadap dunia seni tari, ia pun mahir dalam memerankan Bambangan, yakni seorang ksatria yang lemah lembut dan halus.
Ia dinobatkan sebagai penguasa Mangkunegaran dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkoenagoro IX pada 4 Jumadilakhir 1920 atau 24 Januari 1988.
Penobatan ini dilaksanakan setelah adanya kekosongan penguasa di Pura Mangkunegaran selama satu tahun, usai wafatnya Mangkunegara VIII pada 2 Agustus 1987.
Pelaksanaannya dipenuhi dengan suasana sakral serta diiringi oleh Tari Bedhaya Anglir Mendhung dan Tari Palguna Palgunadi, berhubung itu merupakan peristiwa besar di mana seorang putra mahkota memimpin kerajaan.
Walaupun dianggap sebagai raja masa kini, Mangkunegara IX tetap menaruh perhatian tinggi terhadap perkembangan kesenian, terkhusus seni tari.
Hal itu ditunjukkannya dengan kerap menampilkan Pura Mangkunegaran sebagai pusat budaya Jawa kepada para pengunjung dengan menyuguhkan seni tari, wayang kulit, serta fragmen.
Bahkan, seni tari semakin berkembang pesat selama masa pemerintahannya.
Berbagai karya yang tercipta pada masa KGPAA Mangkunegara IX ialah Tari Bedhaya Suryosumirat (1990), Tari Kontemporer Panji Sepuh (1993), Tari Harjuna Sasrabahu, Tari Puspita Ratna (1998), dan lainnya. (2)
Dilema Eksistensi #
Eksistensi kerajaan di Nusantara termasuk Mangkunegaran mengalami situasi yang dilematis, khususnya dalam posisi dan keberadaannya di lapangan kehidupan yang menganut sistem negara modern Republik Indonesia.
Kerajaan yang awalnya berperan seperti halnya sebuah negara dengan kekuatan bersenjata dan wilayah, pada masa kini sudah bukan lagi pada tempatnya.
Sebagai dinasti yang memiliki saham terbesar dalam mendirikan negara modern Indonesia, Mangkunegaran dari sang cikal bakal hingga secara turun-temurun sudah anti dengan Belanda.
Namun, kini pihak yang dilawan yakni Belanda sudah pergi meninggalkan Indonesia dan sebagai gantinya, Republik Indonesia merupakan negara asli yang didirikan oleh orang asli Indonesia sendiri. (1)
Penobatan Kontroversial #
Peristiwa penobatan GPH. Sujiwakusuma di Republik Indonesia dianggap sebagai suatu penobatan kontroversial yang penuh gejolak, pertentangan, sekaligus juga romantika keluarga besar Mangkunegara I, sang pendiri dinasti.
Dalam keluarga besar ini terdapat pula keikutsertaan kerabat keluarga Presiden Republik Indonesia yang pertama dan kedua.
Disebut sebagai penobatan kontroversial sebab, Mangkunegaran telah melakukan sebuah terobosan untuk melibatkan pihak dari luar kerabat inti dalam penentuan takhta.
Hal itu merupakan peristiwa pertama kalinya dalam sejarah kerajaan Nusantara di dalam wilayah Republik Indonesia.
Walaupun kata sepakat berpihak pada GPH. Sujiwakusuma, namun penobatannya harus diterima dengan puas tanpa mengenakan keterangan penyerta angka romawi IX, sebagai KGPAA. Mangkunegara. (3)
Pondasi Budaya #
Seni pertunjukan seperti seni tari merupakan hasil karya budaya yang hingga saat ini masih menjadi barang pusaka peninggalan para leluhur.
Seni tari yang termasuk dalam kebudayaan merupakan fondasi identitas sekaligus menjadi kekuatan identitas dan sebuah kebanggaan.
Seni tari ciptaan pendiri dinasti yang selama ini jarang dipentaskan lantaran materinya memiliki ketersinggungan dengan pihak lain kini mulai digelar dan dapat dinikmati setiap alur ceritanya.
Salah satu tariannya, yakni Tarian Dirada Meta yang menggambarkan perjuangan Mangkunegara I, kini telah dipertunjukkan.
Tidak ada alasan singgung menyinggung yang jelas bahwa seni tari dalam kejujurannya adalah cermin dan suatu kisah yang diungkapkan dalam seni untuk dikomunikasikan.
Di zaman Mangkunegara IX ini, penggalian kebudayaan Indonesia mendapat perhatian, bahkan Mangkunegaran memprakarsai Istananya sebagai area bermain anak dari berbagai provinsi. (1)
Baca: Akademi Seni Mangkunegaran Surakarta (ASGA)
Baca: Kabar Duka, Kangjeng Gusti Aria Adhipati Mangkunegara IX Meninggal Dunia di Jakarta
(TribunnewsWiki.com/Septiarani)
| Nama | Mangkunegara IX |
|---|
| Nama Lahir | G.P.H. Sujiwakusuma |
|---|
| Lahir | Surakarta, 18 Agustus 1951 |
|---|
| Wafat | Jakarta, 13 Agustus 2021 |
|---|
| Tempat Tinggal | Pura Mangkunegaran |
|---|
| Pasangan | Sukmawati Soekarnoputri (1974-1984), Prisca Marina Haryogi Supardi (1990) |
|---|
Sumber :
1. id.wikipedia.org
2. www.viva.co.id
3. solo.tribunnews.com